DIMENSI-DIMENSI PERIBADATAN (RITUAL) DALAM ISLAM
DOSEN
PENGASUH: SALIM BELLA PILI
DI
SUSUN OLEH: KELOMPOK 11
ANI
YUNIARTI
DIRA
AFRILIANI
LENI
SUSANTI
LINDA
PUSPA SARI
LUTFI
ANGGRAENI
NOVITA
SARI
KELAS:
3 A
A.
DIMENSI-DIMENSI PERIBADATAN (RITUAL)
DALAM ISLAM
1. Pengertian Ibadah
Menurut
kamus Ash Shihah ibadah berasal dari beberapa kata. Al-Abdiyah, Al-Ubudiyah
yang artinya ketundukan dan kerendahan. Al-Ibadah yang berarti ketaatan
(tho'ah). Ta'bid ; penghambaan, Ta'abbud : penyembahan ritual.
Setiap
"ketundukkan" yang tidak lagi di atasnya ketundukan lagi merupakan
suatu ibadah, baik karena patuh ataupun tidak taat (keterpaksaan) kepada ma'bud
(yang diibadati atau disembah). Setiap ketaatan kepada Allah dengan penuh
tunduk dan merendahkan diri merupakan suatu ibadah. Ibadah merupakan suatu
ketundukkan yang mana tidak berhak atasnya kecuali Sang Pemberi Nikmat yang
berupa kenikmatan tertinggi seperti kehidupan, pemahaman, pendengaran dan
penglihatan.
Arti
ibadah menurut syariat adalah ketundukkan dan kecintaan. Ibnu Taimiyah
berpendapat bahwa agama mencakup arti ketundukkan dan kerendahan. Dintuhu
Fadaana : Saya menundukkannya, maka ia menjadi tunduk. Yadiinullah wa yadiin
lillah : ia menyembah Allah dan mentaati-Nya dan tunduk kepada-Nya.
"Dan barangsiapa yang tunduk
kepada manusia disertai dengan kebencian padanya, maka tidaklah ia menjadi
hamba baginya, dan jikalau ia mencintai sesuatu sedangkan ia tidak tunduk
padanya maka tidaklah ia menjadi hamba baginya. Sebagaimana halnya seseorang
kadangkala mencintai anak dan temannya. (QS. At Taubah : 24)
Ibadah dibagi 2, yaitu :
ibadah
mahdhoh dan ibadah ghoiru mahdhoh.Secara umum ibadah berarti bakti manusia
kepada Allah SWT., karenadidorong dan dibangkitkan oleh aqidah tauhid dan
ibadah itulah merupakan tujuan
hidup manusia. Allah berfirman :
Dan
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi (ibadah) kepada-Ku” (Q.S. Adh-Dhariyat
ayat : 56)
1. Ibadah mahdhoh dapat diartikan berusaha melaksanakan apa yang diperintahkan
Tuhan dan mencegah diri dari apa yang dilarangnya. Ibadah yang khusyuk sering
mendatangkan perasaan tentram, mantap, serta tak jarang pula menimbulkan
perasaan seakan-akan mendapat bimbingan dan petunjuknya dalam menghadapi
berbagai masalah kehidupan.
Menyembah
Allah SWT berarti semata-mata memusatkan penyembahan kepada Allah SWT, tidak ada yang disembah dan
mengabdikan diri selain kepada-Nya.
Pengabdian ini berarti penyerahan mutlak dan kepatuhan
sepenuhnya secara lahir dan batin bagi manusia kepada kehendak Illahi. Semua dilakukan dengan kesadaran, baik bagi orang-orang
dalam masyarakat maupun secara bersama-sama
dalam hubungan garis tegak lurus dengan
Kholiqnya, juga dalam garis mendatar, yakni dengan sesama manusia.
2.
ibadah ghoiru mahdhoh
maksudnya
adalah ibadah yang berada
di luar ketentuan syari’at Islam, tetapi dianjurkan dan diijinkan oleh Allah.
Contohnya : muamalah dan lain-lain.
B.
IBADAH RITUAL
Dalam
Islam, manusia dituntut bukan untuk beriman saja dan rukun-rukun
iman tidak untuk dijadikan semboyan dan slogan
saja, akan tetapi Islam menuntut agar iman itu
dibuktikan dalam bentuk perbuatan yang nyata.Sedangkan pembuktian dan realisasi daripada iman adalah mengerjakan
semua petunjuk dan perintah Allah dan
Rosul-Nya, berdasarkan atas kemammpuan maksimal serta menjauhi segala yang menjadi larangan-Nya, tanpa dapat
ditawar-tawar. Pokok-pokok ibadah yang diwajibkan adalah shalat lima waktu,
zakat, puasa, di bulan Ramadhan dan naik haji, kemudian disusul dengan ibadah
bersuci (thaharah), yang mana tidak boleh tidak merupakan kewajiban yang
mneyertai pokok ibadah yang empat itu.Kelima ibadah tersebut mengandung
nilai-nilai yang agung, membawa efek baik kepada yang melaksanakannya maupun
kepada orang lain. Ia merupakan manifestasi rohaniah, pengagungan terhadap zat
yang Maha Kuasa, ibadah juga merupakan realisasi pernyataan terima kasih hamba
kepada Tuhannya, yang telahmenganugerahkan hidup dan kehidupan serta pelbagai
nikmat dan rahmat yangada di dalamnya. Maka manusia yang melakukan ibadah akan
melahirkan manusiayang mempunyai “sibghah” (ciri-ciri yang karakteristik
muslim).
1. Aspek atau Dimensi Peribadatan
Dalam
keberislaman, dimensi peribadatan menyangkut pelaksanaan shalat, puasa,
zakat/shadaqah, haji, membaca Al-Qur’an, do’a, zikir, ibadah kurban, i’tikaf di
masjid, dan sebagainya.
a. Sholat
Sholat
menurut bahasa berarti do’a.
Allah berfirman :
Sesungguhnya do’a kamu itu
(menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka”.(At-Taubah : 103)
Sedangkan menurut istilah
berarti suatu sistem ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan laku perbuatan yang
dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan
salam berdasar atas syarat-syarat dan rukun-rukun tertentu.
Sholat hukumnya fardhu
a’in atas tia-tiap muslim yang telah baligh.Adapun sholat dibagi menjadi dua,
yakni sholat fardhu dan sholat sunnah.Sholat fardhu ada lima, yakni :
1. Sholat Shubuh, terdiri
atas 2 rakaat; waktunya mulai terbit fajar kedua hingga terbit matahari.
2. Sholat Dhuhur, terdiri
atas 4 rakaat; waktunya mulai dari setelah cenderung matahari dari pertengahan langit sampai bayang-bayang
satu tonggak telah sama dengan panjangnya.
3. Sholat Ashar, terdiri
atas 4 rakaat; waktunya mulai ketika dhuhur berakhir sampai dengan terbenam
matahari.
4. Sholat Maghrib, terdiri
atas 3 rakaat; waktunya mulai dari terbenam matahari hingga hilangnya teja merah.
5. Sholat Isya’, terdiri
dari 4 rakaat; waktunya mulai hilangnya teja merah
di barat sampai terbit fajar kedua.
Selain
sholat lima waktu, diwajibkan pula melakukan sholat Jum’at untuk sekali
se-jum’at atas kaum laki-laki, sedang bagi perempuan tidaklah
wajib atasnya, tapi tidak boleh dihalangi bila
mereka ingin melakukan sholat Jum’at.
Selain
sholat fardhu yang telah disebutkan di atas, masih ada beberapa macam sholat
sunnah, yaitu sholat-sholat yang dianjurkan. Antara
lain : sholat sunnah rawatib, yang dikerjakan
disekitar sholat-sholat wajib lima waktu,
baik sebelum maupun sesudahnya. Selain sholat sunnah rawatib ada juga yang disebut sholat tahajut, yang
dikerjakan lewat tengah malam. Ada juga yang
disebut dengan sholat tarawih, yaitu sholat malam pada bulan Ramadhan. Sholat witir, yaitu sholat sunnah
yang rakaatnya selalu ganjil, yang waktunya
sesudah mengerjakan sholat Isya’ sampai fajar dan
masih banyak sholat sunnah lainnya.
Ibadah
sholat merupakan salah satu ibadah yang telah diatur dan ditetapkan waktunya.
Dalam sholat mengandung suatu maksud yang besar, diantaranya yaitu melatih dan
membiasakan hidup teratur serta berdisiplin, sehingga dalam mengarungi
kehidupan itu akan terarah. Nilai lain yang terkandung adalah mendidik untuk
bermasyarakat, memperteguh persatuan dan kebersamaan.dengan sholat juga dapat
menjadi benteng pertahanan yang kuat, yaitu dapat mencegah perbuatan yang keji
dan mungkar. Allah berfirman dalam surat al –kanbut :45
Dan tegakkanlah sholat,
karena sholat itu mencegah diri dari perbuatan yang keji dan mungkar.
(Al-Ankabut : 45).
Berdirinya
manusia dihadapan Allah dengan khusyu’ dan tunduk akan membekalinya
dengan suatu tenaga rohani yang menimbulkan dalam diri perasaan tenang, damai dan tentram. Sebab dalam
sholat yang dikerjakan dengan semestinya,
jiwa dan raganya hanya menghadap Allah dan berpaling dari urusan dunia.
Ibadah
shalat ditinjau dari kesehatan mental, maka shalat mempunyai fungsi dalam
langkah pengobatan, pencegahan dan pembinaan.
Dengan
shalat orang akan memperoleh pula kelegaan batin, karena ia merasa Allah
mendengar, memperhatikan dan menerima munajadnya, sehingga ia dapat menjadikan
shalat sebagai pengobatan jiwa.
Kalau
dengan shalat dapat diperoleh hikmah ketenangan jiwa, setiap kali orang
menunaikan shalat, setiap kali itu pula ia memperoleh
ketenangan jiwa. Bila sedikitnya lima kali sehari
semalam, maka tidak ada lagi perasan yang
menentukan dan tidak ada lagi permasalahan yang menumpuk.
Sedangkan bila ditinjau dari segi pembinaan, setiap kali orang mengerjakan
shalat berarti setiap kali itu pula ia membina jiwa, sehingga akan tertanam perasaan jiwa yang tenang dan lega, serta
rasa disiplin (taat) dan gairah dalam hidup.
Semakin banyak dan khusyu’orang melakukan shalat,
semakin suci dan bersihlah hatinya dari dosa-dosa dan semakintenang jiwanya.
Serta semakin cinta dan dekatlah dirinya dirinya kepada Allah SWT, karena sholat adalah permata hati orang Islam.
Hubungan
dengan karyawati yang sibuk dalam menghadapi hari-hari kerja dan beraktivitas
penuh dengan kelelahan dan keringat, maka shalat mempunyai peranan yang sangat besar yakni
menanamkan rasa tanggung jawab dalam hal
penyembahan atau pengabdian seorang hamba kepada
Tuhannya. Dengan shalat juga akan tumbuh rasa kedisiplinan. Sedangkan hubungannya dengan perkembangan jiwa diharapkan
dengan shalat akan tumbuh dalam diri
karyawati suatu kepribadian dan jiwa yang agamis
(Islami).
2. Puasa
Puasa
merupakan bentuk suatu ibadah penyucian diri, sebab selain menaham diri dari
makan minum, juga menjauhkan diri dari perbuatan maksiat. Puasa menurut bahasa ialah menahan diri dari
sesuatu dan meninggalkan sesuatu.
Adapun
pengertian puasa adalah menahan makan dan minum dari
segala sesuatu yang membatalkan puasa dari terbit
fajar sidiq hingga terbenam matahari yang
diawali dengan niat.
Allah berfirman :
Hai sekalian orang-orang
yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas
orang-orang yang dahulu (sebelum kamu) supaya kamu bertaqwa.(Al Baqarah : 183).
Puasa ada dua macam, yakni
puasa fardhu dan puasa sunnah.
Puasa fardhu yaitu puasa
pada bulan Ramadhan, yakni puasa yang diwajibkan bagi
orang-orang dewasa/baligh seperti yang telah
dijelaskan oleh ayat di atas.
Sedangkan puasa sunnah
diantaranya adalah : puasa enam hari dalam bulan Syawal, puasa hari Senin-Kamis, puasa pada bulan Sya’ban,
puasa pada bulan Arofah kecuali bagi
orang-orang yang sedang melakukan ibadah haji dan puasa tengah bulan (13, 14, dan 15) dari tiap-tiap bulan
Qamariyah (Hijriyah).
Puasa
mempunyai banyak manfaat kejiwaan. Sebab puasa merupakan pendidikan dan
pelurusan jiwa dan penyembuhan berbagai penyakit dalam
tubuh. Puasa juga berarti mendidik hati sanubari
manusia menjadi selalu konsisten dengan perilaku tanpa membutuhkan pengawasan.
Ibadah
puasa ditinjau dari kesehatan mental dapat berfungsi dalam pengobatan,
pencegahan dan pembinaan. Dengan puasa, orang akan
memperoleh ketenangan jiwa. Bila orang senang
melaksanakan puasa, maka akan jauhlah ia
dari sifat jahat dan semakin terkendali, serta kuatlah benteng pertahanan dirinya. Sedangkan ditinjau dari segi
pembinaan berarti setiap kali ia berpuasa
maka saat itu pula ia membina jiwa dengan sifat yang baik dan meningkatkan pengendalian diri.
3. Do’a
Setelah
selesai shalat, seseorang biasanya terus mengucapkan tasbih dan berdo’a kepada
Allah. Ini membantu tetap berlangsungnya keadaan santai dan jiwa yang
tenang untuk beberapa lama setelah shalat. Dalam berdo’a, seseorang
melangsungkan munajat (audiensi) dengan Tuhannya, dimana ia menuturkan
kepada-Nya segala keluhan dan problem yang dideritanya dan yang membuatnya
resah dan gelisah, dan memohon pertolongan kepada-Nya dalam memecahkan
problemnya dan memenuhi kebutuhannya. Pengungkapan seseorang akan
problem-problem yang membuatnya resah dan gelisah, sementara ia dalam keadaan
santai dan jiwa yang tenang, juga akan membuatnya terlepas dari kegelisahan.
Ini serupa dengan metode yang telah dikemukakan di muka, yaitu pembentukan
ikatan kondisional baru antara problem-problem itu dengan keadaan santai dan
jiwa yang tenang. Akibatnya, problem-problem itupun dengan secara bertahap
kehilangan kekuatannya untuk menimbulkan kegelisahan dan membuatnya terikat
secara kondisional dengan keadaan santai dan jiwa tenang.
Dan Tuhanmu berfirman :
“Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu ….” (Q.S. al-Mu’min
40: 60)
Dan apabila hamba-hambaKu
bertanya kepadamu tentang Aku, maka(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku
mengabulkan permohonan orang yang mendo’a apabila ia berdo’a kepada-Ku …. (Q.S.
AL-Baqarah 2 :186)
3.
Zakat
Secara
bahasa : berasal dari kata “zaka” yang artinya mensucikan. Secara istilah : zakat sebagai nama atau
sebutan dari sasuatu hak Allah yang dikeluarkan seseorang kepada fakir miskin.
v Fungsi Zakat
1. Bagi muzakki, zakat berarti mendidik jiwa untuk suka berkorban dan membersihkan
jiwa dari sifat kikir, sombang dan angkuh.
2. Bagi mustahiq, zakat memberikan
adanya harapan adanya perubahan nasib dan sekaligus menghilangkan sifat iri,
dengki dan sûudzdzan terhadap orang-orang kaya.
3. Bagi masyarakat muslim, melalui
zakat akan ada pemerataan pendapatan dan pemilikan harta di kalangan umat
islam.
4. Haji
Secara
bahasa : menyengaja sesuatu. Secara istilah : menyengaja mengunjungi ka’bah
untuk melakukan beberapa amal ibadah dengan syarat – syarat tertentu.
v Tujuan Haji
Untuk merepresentasikan rukun islam
yang ke – 5. Sebagai muslim yang baik dan sudah mampu, diwajibkan untuk
melaksanakan ibadah haji dengan tujuan untuk melengkapkan rukun islam yang
kelima dan wujud puncak ibadah seseorang.
Landasan :
Artinya : Padanya terdapat
tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya
(Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia
terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke
Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah
Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.( QS.
Ali-Imran [3] : 97 )
v Tata Cara Haji
1.
Ihram (beniat melakukan haji atau umrah) Niat haji dilakukan
bersamaan dengan mengenakan pakaian ihram, yaitu pakaian tanpa berjahit,
sebagai simbol kehidupan yangmempunyai dua makna sebagai berikut:pertama,
melepaskan diri dari kemewahan-kemewahan jasmani, dan kesenangan-kesenangan
duniawi.Kedua, sebagai sambutan atas panggilan Allah, yang berupa seruan keras
dengan mengucapkan “Labbaik Allahumma labbaik”
2.
Thawaf Yaitu bentuk ibadah yang berupa tindakan mengelilingi Kabah
sebanyak tujuh kali putaran, bergerak berlawanan dengan arah jarum jam. Ada 3
jenis thawaf ibadah haji, yaitu:
1. Thawaf qudum
2. Thawaf ifadhah
3. Thawaf wada’
3.
Sa’I antara Shafa dan Marwah. Sa’I artinya berjalan cepat. Sa’I
adalah berlari- lari kecil antara Shafa dan Marwah, sebanyak tujuh kali
balikan, yang dimulai dari bukit Shafa dan berakhir di bukit Marwah.
4.
Wuquf di Arafah. Wuquf adalah hadir di padang Arafah,
yaitu suatu dataran luas tanpa penduduk di luar kota Mekkah, pada tanggal 9
Dzulhijjah.
5.
Mabit di Muzdalifah. Mabit artinya
bermalam atau lewat malam. Setelah selesai melakukan wuquf di Arafah, yang
berhaji berangkat menuju Muzdalifah.
6. Mabit di Mina Pada pagi
hari tanggal 10 Dzulhijjah haji berada di mina untuk melaksanakan mabit selama dua
atau tiga malam.
7. Melontar jumroh Di Mina
yang berhaji melakukan lontaran pada jumroh sebagai simbol yang menyatakan
ketetapan hatinya untuk meninggalkan dorongan-dorongan setan yang jahat.
8.
Tahallul artinya melepaskan diri dari keadaan ihrom, yaitu kondisi
mengharamkan segala kegiatan sehari-hari di luar ibadah haji, selain yang
dibolehkan.
2. Faktor-Faktor Ibadah Ritual
Adapun mengenai
faktor-faktor yang mampu untuk ibadah ritual karyawati di sini akan dikemukakan
secara sederhana tentang faktor-faktor tersebut, yaitu :
a. Faktor Internal
Yaitu faktor-faktor yang
terdapat di dalam diri pribadi manusia.
Faktor tersebut adalah :
1. Pengalaman Pribadi
Pengalaman
pribadi merupakan suatu hal yang sudah barang tentu pernah dialami oleh setiap
manusia, bukan hanya pernah dialami oleh manusia biasa, akan tetapi anak-anak
juga pernah mengalaminya.
Menurut Zakiah Daradjat,
berpendapat tentang pengalaman pribadi anak, yaitu :“Sebelum anak masuk
sekolah, telah banyak pengalaman yang diterimanya di rumah. Orang tua serta seluruh
anggota keluarga, juga teman sebaya”.
Menurut peneliti ahli ilmu jiwa, terbukti bahwa semua
pengalaman yang dilalui orang sejak lahir merupakan unsur-
unsur dalam pribadinya.
Pengalaman
pribadi yang dimaksud yakni pengalaman beragama, karena perlu ditanamkan
sedemikian rupa pada diri manusia, yakni sejak dalam kandungan.
Hal ini penting karena
sangat mempengaruhi pada nantinya bagi pembentukan suatu pribadi yang agamis.
2. Pengaruh emosi
Dalam
perilaku keberagamaan, emosi mempunyai suatu pengaruh yang cukup besar. Menurut
Zakiah Daradjat, mengemukakan pendapatnya yakni : bahwa sesungguhnya emosi memegang
peranan yang penting dalam sikap dan tindakan agama. Tidak ada satu sikap atau tindak
agama seseorang yang dapat dipahami tanpa mengindahkan emosinya.
b. Faktor Eksternal
Yaitu
faktor-faktor yang berasal bukan dari pribadi manusia melainkan berasal dari
orang lain atau lingkungan. Adapun faktor-faktor tersebut adalah :
1. Pengaruh Orang Tua
Mendidik anak adalah
tanggung jawab primer orang tua. Peran orang tua menjadi penting untuk mendidik
anak, baik dalam sudut tinjauan agama, sosial kemasyarakatan, maupun individu.
Dalam keluarga, haruslah
tercipta hubungan timbal balik dalam pendidikan, sebab mengingat bahwa keluarga
dalam hal ini yaitu orang tua berperan penting dalam menentukan keberhasilan
anak-anaknya dan dapat juga
orang tua dijadikan suri tauladan bagi anak-nakanya, oleh karenanya, orang tua
haruslah benar-benar bersungguh-sungguh dalam mendidik
anak, khususnya pendidikan agama, yang pada akhirnya akan sangat berpengaruh sekali pada perilaku keberagamaan anak
tersebut.
2. Pengaruh Guru
Guru
merupakan orang pertama setelah orang tua yang dapat mempengaruhi tingkah laku
dan kepribadian anak. Jadi faktor yang terpenting bagi seorang guru adalah kepribadiannya.
Oleh karenanya sebagai guru, khususnya guru agama
hendaknya mempunyai suatu kepribadian yang mencerminkan ajaran agama, yang
akan diajarkan kepada anak-anak didiknya. Laku dan
sikapnya dalam kebiasaan-kebiasaan baik
haruslah sesuai dengan ajaran agama.
3. Lingkungan Masyarakat
Hendaknya
menyenangkan dan tidak kaku.Lingkungan ketiga yang mempengaruhi tingkat
keagamaan seseorang adalah
masyarakat. Kehidupan masyarakat dibatasi oleh berbagai
macam norma dan nilai yang didukung warganya.Oleh karena itu setiap warga harus bersikap dan bertingkah laku yang
sesuai dengan norma dan nilai yang ada
didalam kehidupan warga tersebut.Lingkungan masyarakat yang agamis akan dapat
menciptakan jiwa keagamaan atau memperkuat keagaman seseorang. Adapun lingkungan
masyarakat mungkin dapat menghilangkan jiwa keagamaan pada diri seseorang.
Untuk itu fungsi dan peran masyarakat dalam pembentukan jiwa keagamaan akan
sangat tergantung dari seberapa jauh masyarakat tersebut menjunjung norma-norma
itu sendiri. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa lingkungan masyarakat memiliki
pengaruh terhadap perkembangan keberagamaan seseorang.
4. Pengaruh Kelembagaan
Pendidikan agama di
lembaga pendidikan bagaimana pun juga akan memberi pengaruh bagi pembentukan
jiwa keagamaan pada anak.Namun demikian, besar kecilnya pengaruh dimaksud
sangat tergantung berbagai faktor yang dapat memotivasi anak untuk memahami
nilai-nilai agama, sebab pendidikan agama pada hakikatnya merupakan pendidikan nilai.
Oleh karena itu pendidikan agama lebih dititikberatkan pada bagaimana membentuk
kebiasaan yang selaras dengan tuntunan agama.
Dalam hal ini pendidikan
kelembagaan yang diperoleh karyawati PT. Golden Flower adalah pendidikan di
pondok pesantren sekaligus tempat
mereka tinggal.
DAFTAR
PUSTAKA
http://www.artikel.majlisasmanabawi.net/kamus-spiritual/arti-ibadah-pengertian
ibadah/#ixzz2nLc6D0UA
Yuli,miswanti.2010.Diktat
Mata Kuliah Fiqih II,Bengkulu:Balai pengkajian dan pengalaman islam UMB
Monzer
Kaft, Ekonomi Islam, (Yogyakarta,
Pustaka Pelajar, 1995)
No comments:
Post a Comment