Saturday, 21 November 2015

DIMENSI-DIMENSI PERIBADATAN (RITUAL) DALAM ISLAM

DIMENSI-DIMENSI PERIBADATAN (RITUAL) DALAM ISLAM





DOSEN PENGASUH: SALIM BELLA PILI
DI SUSUN OLEH: KELOMPOK 11
ANI YUNIARTI
DIRA AFRILIANI
LENI SUSANTI
LINDA PUSPA SARI
LUTFI ANGGRAENI
NOVITA SARI
KELAS: 3 A


A.    DIMENSI-DIMENSI PERIBADATAN (RITUAL) DALAM ISLAM

1. Pengertian Ibadah
Menurut kamus Ash Shihah ibadah berasal dari beberapa kata. Al-Abdiyah, Al-Ubudiyah yang artinya ketundukan dan kerendahan. Al-Ibadah yang berarti ketaatan (tho'ah). Ta'bid ; penghambaan, Ta'abbud : penyembahan ritual. 
Setiap "ketundukkan" yang tidak lagi di atasnya ketundukan lagi merupakan suatu ibadah, baik karena patuh ataupun tidak taat (keterpaksaan) kepada ma'bud (yang diibadati atau disembah). Setiap ketaatan kepada Allah dengan penuh tunduk dan merendahkan diri merupakan suatu ibadah. Ibadah merupakan suatu ketundukkan yang mana tidak berhak atasnya kecuali Sang Pemberi Nikmat yang berupa kenikmatan tertinggi seperti kehidupan, pemahaman, pendengaran dan penglihatan.
            Arti ibadah menurut syariat adalah ketundukkan dan kecintaan. Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa agama mencakup arti ketundukkan dan kerendahan. Dintuhu Fadaana : Saya menundukkannya, maka ia menjadi tunduk. Yadiinullah wa yadiin lillah : ia menyembah Allah dan mentaati-Nya dan tunduk kepada-Nya.


"Dan barangsiapa yang tunduk kepada manusia disertai dengan kebencian padanya, maka tidaklah ia menjadi hamba baginya, dan jikalau ia mencintai sesuatu sedangkan ia tidak tunduk padanya maka tidaklah ia menjadi hamba baginya. Sebagaimana halnya seseorang kadangkala mencintai anak dan temannya. (QS. At Taubah : 24)

Ibadah dibagi 2, yaitu :
ibadah mahdhoh dan ibadah ghoiru mahdhoh.Secara umum ibadah berarti bakti manusia kepada Allah SWT., karenadidorong dan dibangkitkan oleh aqidah tauhid dan ibadah itulah merupakan tujuan hidup manusia. Allah berfirman :
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi (ibadah) kepada-Ku” (Q.S. Adh-Dhariyat ayat : 56)
1.      Ibadah mahdhoh dapat diartikan berusaha melaksanakan apa yang diperintahkan Tuhan dan mencegah diri dari apa yang dilarangnya. Ibadah yang khusyuk sering mendatangkan perasaan tentram, mantap, serta tak jarang pula menimbulkan perasaan seakan-akan mendapat bimbingan dan petunjuknya dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan.
Menyembah Allah SWT berarti semata-mata memusatkan penyembahan kepada Allah SWT, tidak ada yang disembah dan mengabdikan diri selain kepada-Nya. Pengabdian ini berarti penyerahan mutlak dan kepatuhan sepenuhnya secara lahir dan batin bagi manusia kepada kehendak Illahi. Semua dilakukan dengan kesadaran, baik bagi orang-orang dalam masyarakat maupun secara bersama-sama dalam hubungan garis tegak lurus dengan Kholiqnya, juga dalam garis mendatar, yakni dengan sesama manusia.
2.    ibadah ghoiru mahdhoh maksudnya
adalah ibadah yang berada di luar ketentuan syari’at Islam, tetapi dianjurkan dan diijinkan oleh Allah. Contohnya : muamalah dan lain-lain.



B.   IBADAH RITUAL
Dalam Islam, manusia dituntut bukan untuk beriman saja dan rukun-rukun iman tidak untuk dijadikan semboyan dan slogan saja, akan tetapi Islam menuntut agar iman itu dibuktikan dalam bentuk perbuatan yang nyata.Sedangkan pembuktian dan realisasi daripada iman adalah mengerjakan semua petunjuk dan perintah Allah dan Rosul-Nya, berdasarkan atas kemammpuan maksimal serta menjauhi segala yang menjadi larangan-Nya, tanpa dapat ditawar-tawar. Pokok-pokok ibadah yang diwajibkan adalah shalat lima waktu, zakat, puasa, di bulan Ramadhan dan naik haji, kemudian disusul dengan ibadah bersuci (thaharah), yang mana tidak boleh tidak merupakan kewajiban yang mneyertai pokok ibadah yang empat itu.Kelima ibadah tersebut mengandung nilai-nilai yang agung, membawa efek baik kepada yang melaksanakannya maupun kepada orang lain. Ia merupakan manifestasi rohaniah, pengagungan terhadap zat yang Maha Kuasa, ibadah juga merupakan realisasi pernyataan terima kasih hamba kepada Tuhannya, yang telahmenganugerahkan hidup dan kehidupan serta pelbagai nikmat dan rahmat yangada di dalamnya. Maka manusia yang melakukan ibadah akan melahirkan manusiayang mempunyai “sibghah” (ciri-ciri yang karakteristik muslim).

1. Aspek atau Dimensi Peribadatan
Dalam keberislaman, dimensi peribadatan menyangkut pelaksanaan shalat, puasa, zakat/shadaqah, haji, membaca Al-Qur’an, do’a, zikir, ibadah kurban, i’tikaf di masjid, dan sebagainya.

a. Sholat
Sholat menurut bahasa berarti do’a.
Allah berfirman :
Sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka”.(At-Taubah : 103)

Sedangkan menurut istilah berarti suatu sistem ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan laku perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam berdasar atas syarat-syarat dan rukun-rukun tertentu.

Sholat hukumnya fardhu a’in atas tia-tiap muslim yang telah baligh.Adapun sholat dibagi menjadi dua, yakni sholat fardhu dan sholat sunnah.Sholat fardhu ada lima, yakni :

1. Sholat Shubuh, terdiri atas 2 rakaat; waktunya mulai terbit fajar kedua hingga terbit matahari.

2. Sholat Dhuhur, terdiri atas 4 rakaat; waktunya mulai dari setelah cenderung matahari dari pertengahan langit sampai bayang-bayang satu tonggak telah sama dengan panjangnya.

3. Sholat Ashar, terdiri atas 4 rakaat; waktunya mulai ketika dhuhur berakhir sampai dengan terbenam matahari.

4. Sholat Maghrib, terdiri atas 3 rakaat; waktunya mulai dari terbenam matahari hingga hilangnya teja merah.

5. Sholat Isya’, terdiri dari 4 rakaat; waktunya mulai hilangnya teja merah di barat sampai terbit fajar kedua.

Selain sholat lima waktu, diwajibkan pula melakukan sholat Jum’at untuk sekali se-jum’at atas kaum laki-laki, sedang bagi perempuan tidaklah wajib atasnya, tapi tidak boleh dihalangi bila mereka ingin melakukan sholat Jum’at.
Selain sholat fardhu yang telah disebutkan di atas, masih ada beberapa macam sholat sunnah, yaitu sholat-sholat yang dianjurkan. Antara lain : sholat sunnah rawatib, yang dikerjakan disekitar sholat-sholat wajib lima waktu, baik sebelum maupun sesudahnya. Selain sholat sunnah rawatib ada juga yang disebut sholat tahajut, yang dikerjakan lewat tengah malam. Ada juga yang disebut dengan sholat tarawih, yaitu sholat malam pada bulan Ramadhan. Sholat witir, yaitu sholat sunnah yang rakaatnya selalu ganjil, yang waktunya sesudah mengerjakan sholat Isya’ sampai fajar dan masih banyak sholat sunnah lainnya.
Ibadah sholat merupakan salah satu ibadah yang telah diatur dan ditetapkan waktunya. Dalam sholat mengandung suatu maksud yang besar, diantaranya yaitu melatih dan membiasakan hidup teratur serta berdisiplin, sehingga dalam mengarungi kehidupan itu akan terarah. Nilai lain yang terkandung adalah mendidik untuk bermasyarakat, memperteguh persatuan dan kebersamaan.dengan sholat juga dapat menjadi benteng pertahanan yang kuat, yaitu dapat mencegah perbuatan yang keji dan mungkar. Allah berfirman dalam surat al –kanbut :45

Dan tegakkanlah sholat, karena sholat itu mencegah diri dari perbuatan yang keji dan mungkar. (Al-Ankabut : 45).

Berdirinya manusia dihadapan Allah dengan khusyu’ dan tunduk  akan membekalinya dengan suatu tenaga rohani yang menimbulkan dalam diri perasaan tenang, damai dan tentram. Sebab dalam sholat yang dikerjakan dengan semestinya, jiwa dan raganya hanya menghadap Allah dan berpaling dari urusan dunia.
Ibadah shalat ditinjau dari kesehatan mental, maka shalat mempunyai fungsi dalam langkah pengobatan, pencegahan dan pembinaan.
Dengan shalat orang akan memperoleh pula kelegaan batin, karena ia merasa Allah mendengar, memperhatikan dan menerima munajadnya, sehingga ia dapat menjadikan shalat sebagai pengobatan jiwa.
Kalau dengan shalat dapat diperoleh hikmah ketenangan jiwa, setiap kali orang menunaikan shalat, setiap kali itu pula ia memperoleh ketenangan jiwa. Bila sedikitnya lima kali sehari semalam, maka tidak ada lagi perasan yang menentukan dan tidak ada lagi permasalahan yang menumpuk. Sedangkan bila ditinjau dari segi pembinaan, setiap kali orang mengerjakan shalat berarti setiap kali itu pula ia membina jiwa, sehingga akan tertanam perasaan jiwa yang tenang dan lega, serta rasa disiplin (taat) dan gairah dalam hidup. Semakin banyak dan khusyu’orang melakukan shalat, semakin suci dan bersihlah hatinya dari dosa-dosa dan semakintenang jiwanya. Serta semakin cinta dan dekatlah dirinya dirinya kepada Allah SWT, karena sholat adalah permata hati orang Islam.
Hubungan dengan karyawati yang sibuk dalam menghadapi hari-hari kerja dan beraktivitas penuh dengan kelelahan dan keringat, maka shalat mempunyai peranan yang sangat besar yakni menanamkan rasa tanggung jawab dalam hal penyembahan atau pengabdian seorang hamba kepada Tuhannya. Dengan shalat juga akan tumbuh rasa kedisiplinan. Sedangkan hubungannya dengan perkembangan jiwa diharapkan dengan shalat akan tumbuh dalam diri karyawati suatu kepribadian dan jiwa yang agamis (Islami).

2. Puasa
Puasa merupakan bentuk suatu ibadah penyucian diri, sebab selain menaham diri dari makan minum, juga menjauhkan diri dari perbuatan maksiat. Puasa menurut bahasa ialah menahan diri dari sesuatu dan meninggalkan sesuatu.
Adapun pengertian puasa adalah menahan makan dan minum dari segala sesuatu yang membatalkan puasa dari terbit fajar sidiq hingga terbenam matahari yang diawali dengan niat.
Allah berfirman :

Hai sekalian orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang yang dahulu (sebelum kamu) supaya kamu bertaqwa.(Al Baqarah : 183).

Puasa ada dua macam, yakni puasa fardhu dan puasa sunnah.

Puasa fardhu yaitu puasa pada bulan Ramadhan, yakni puasa yang diwajibkan bagi orang-orang dewasa/baligh seperti yang telah dijelaskan oleh ayat di atas.
Sedangkan puasa sunnah diantaranya adalah : puasa enam hari dalam bulan Syawal, puasa hari Senin-Kamis, puasa pada bulan Sya’ban, puasa pada bulan Arofah kecuali bagi orang-orang yang sedang melakukan ibadah haji dan puasa tengah bulan (13, 14, dan 15) dari tiap-tiap bulan Qamariyah (Hijriyah).

Puasa mempunyai banyak manfaat kejiwaan. Sebab puasa merupakan pendidikan dan pelurusan jiwa dan penyembuhan berbagai penyakit dalam tubuh. Puasa juga berarti mendidik hati sanubari manusia menjadi selalu konsisten dengan perilaku tanpa membutuhkan pengawasan.
Ibadah puasa ditinjau dari kesehatan mental dapat berfungsi dalam pengobatan, pencegahan dan pembinaan. Dengan puasa, orang akan memperoleh ketenangan jiwa. Bila orang senang melaksanakan puasa, maka akan jauhlah ia dari sifat jahat dan semakin terkendali, serta kuatlah benteng pertahanan dirinya. Sedangkan ditinjau dari segi pembinaan berarti setiap kali ia berpuasa maka saat itu pula ia membina jiwa dengan sifat yang baik dan meningkatkan pengendalian diri.

3. Do’a
Setelah selesai shalat, seseorang biasanya terus mengucapkan tasbih dan berdo’a kepada Allah. Ini membantu tetap berlangsungnya keadaan santai  dan jiwa yang tenang untuk beberapa lama setelah shalat. Dalam berdo’a, seseorang melangsungkan munajat (audiensi) dengan Tuhannya, dimana ia menuturkan kepada-Nya segala keluhan dan problem yang dideritanya dan yang membuatnya resah dan gelisah, dan memohon pertolongan kepada-Nya dalam memecahkan problemnya dan memenuhi kebutuhannya. Pengungkapan seseorang akan problem-problem yang membuatnya resah dan gelisah, sementara ia dalam keadaan santai dan jiwa yang tenang, juga akan membuatnya terlepas dari kegelisahan. Ini serupa dengan metode yang telah dikemukakan di muka, yaitu pembentukan ikatan kondisional baru antara problem-problem itu dengan keadaan santai dan jiwa yang tenang. Akibatnya, problem-problem itupun dengan secara bertahap kehilangan kekuatannya untuk menimbulkan kegelisahan dan membuatnya terikat secara kondisional dengan keadaan santai dan jiwa tenang.

Dan Tuhanmu berfirman : “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu ….” (Q.S. al-Mu’min 40: 60)
Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendo’a apabila ia berdo’a kepada-Ku …. (Q.S. AL-Baqarah 2 :186)
    
3.    Zakat
              Secara bahasa : berasal dari kata “zaka” yang artinya mensucikan. Secara istilah : zakat sebagai nama atau sebutan dari sasuatu hak Allah yang dikeluarkan seseorang kepada fakir miskin.

v  Fungsi Zakat

1.      Bagi muzakki, zakat berarti mendidik  jiwa untuk suka berkorban dan membersihkan jiwa dari sifat kikir, sombang dan angkuh.
      2.  Bagi mustahiq, zakat memberikan adanya harapan adanya perubahan nasib dan sekaligus menghilangkan sifat iri, dengki dan sûudzdzan terhadap orang-orang kaya.
3.      Bagi masyarakat muslim, melalui zakat akan ada pemerataan pendapatan dan pemilikan harta di kalangan umat islam.

4.    Haji
              Secara bahasa : menyengaja sesuatu. Secara istilah : menyengaja mengunjungi ka’bah untuk melakukan beberapa amal ibadah dengan syarat – syarat tertentu.

v  Tujuan Haji
Untuk merepresentasikan rukun islam yang ke – 5. Sebagai muslim yang baik dan sudah mampu, diwajibkan untuk melaksanakan ibadah haji dengan tujuan untuk melengkapkan rukun islam yang kelima dan wujud puncak ibadah seseorang.
Landasan :

Artinya : Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.( QS. Ali-Imran [3] : 97 )

 
v  Tata Cara Haji

     1.    Ihram (beniat melakukan haji atau umrah) Niat haji dilakukan bersamaan dengan mengenakan pakaian ihram, yaitu pakaian tanpa berjahit, sebagai simbol kehidupan yangmempunyai dua makna sebagai berikut:pertama, melepaskan diri dari kemewahan-kemewahan jasmani, dan kesenangan-kesenangan duniawi.Kedua, sebagai sambutan atas panggilan Allah, yang berupa seruan keras dengan mengucapkan “Labbaik Allahumma labbaik”

     2.    Thawaf Yaitu bentuk ibadah yang berupa tindakan mengelilingi Kabah sebanyak tujuh kali putaran, bergerak berlawanan dengan arah jarum jam. Ada 3 jenis thawaf ibadah haji, yaitu:
1. Thawaf qudum
2. Thawaf ifadhah
3. Thawaf wada’

     3.    Sa’I antara Shafa dan Marwah. Sa’I artinya berjalan cepat. Sa’I adalah berlari- lari kecil antara Shafa dan Marwah, sebanyak tujuh kali balikan, yang dimulai dari bukit Shafa dan berakhir di bukit Marwah.
    
     4.    Wuquf di Arafah. Wuquf adalah hadir di padang Arafah, yaitu suatu dataran luas tanpa penduduk di luar kota Mekkah, pada tanggal 9 Dzulhijjah.

     5.    Mabit di Muzdalifah. Mabit artinya bermalam atau lewat malam. Setelah selesai melakukan wuquf di Arafah, yang berhaji berangkat menuju Muzdalifah.

     6.    Mabit di Mina Pada pagi hari tanggal 10 Dzulhijjah haji berada di mina untuk melaksanakan mabit selama dua atau tiga malam.

     7.    Melontar jumroh Di Mina yang berhaji melakukan lontaran pada jumroh sebagai simbol yang menyatakan ketetapan hatinya untuk meninggalkan dorongan-dorongan setan yang jahat.
    
     8.    Tahallul artinya melepaskan diri dari keadaan ihrom, yaitu kondisi mengharamkan segala kegiatan sehari-hari di luar ibadah haji, selain yang dibolehkan.



2. Faktor-Faktor Ibadah Ritual
Adapun mengenai faktor-faktor yang mampu untuk ibadah ritual karyawati di sini akan dikemukakan secara sederhana tentang faktor-faktor tersebut, yaitu :
a. Faktor Internal
Yaitu faktor-faktor yang terdapat di dalam  diri pribadi manusia.
Faktor tersebut adalah :
1. Pengalaman Pribadi
Pengalaman pribadi merupakan suatu hal yang sudah barang tentu pernah dialami oleh setiap manusia, bukan hanya pernah dialami oleh manusia biasa, akan tetapi anak-anak juga pernah mengalaminya.
Menurut Zakiah Daradjat, berpendapat tentang pengalaman pribadi anak, yaitu :“Sebelum anak masuk sekolah, telah banyak pengalaman yang diterimanya di rumah. Orang tua serta seluruh anggota keluarga, juga teman sebaya”. Menurut peneliti ahli ilmu jiwa, terbukti bahwa semua pengalaman yang dilalui orang sejak lahir merupakan unsur-
unsur dalam pribadinya.
Pengalaman pribadi yang dimaksud yakni pengalaman beragama, karena perlu ditanamkan sedemikian rupa pada diri manusia, yakni sejak dalam kandungan.
Hal ini penting karena sangat mempengaruhi pada nantinya bagi pembentukan suatu pribadi yang agamis.

2. Pengaruh emosi
Dalam perilaku keberagamaan, emosi mempunyai suatu pengaruh yang cukup besar. Menurut Zakiah Daradjat, mengemukakan pendapatnya yakni : bahwa sesungguhnya emosi memegang peranan yang penting dalam sikap dan tindakan agama. Tidak ada satu sikap atau tindak agama seseorang yang dapat dipahami tanpa mengindahkan emosinya.

b. Faktor Eksternal
Yaitu faktor-faktor yang berasal bukan dari pribadi manusia melainkan berasal dari orang lain atau lingkungan. Adapun faktor-faktor tersebut adalah :
1. Pengaruh Orang Tua
Mendidik anak adalah tanggung jawab primer orang tua. Peran orang tua menjadi penting untuk mendidik anak, baik dalam sudut tinjauan agama, sosial kemasyarakatan, maupun individu.
Dalam keluarga, haruslah tercipta hubungan timbal balik dalam pendidikan, sebab mengingat bahwa keluarga dalam hal ini yaitu orang tua berperan penting dalam menentukan keberhasilan anak-anaknya dan dapat juga orang tua dijadikan suri tauladan bagi anak-nakanya, oleh karenanya, orang tua haruslah benar-benar bersungguh-sungguh dalam mendidik anak, khususnya pendidikan agama, yang pada akhirnya akan sangat berpengaruh sekali pada perilaku keberagamaan anak tersebut.
2. Pengaruh Guru
Guru merupakan orang pertama setelah orang tua yang dapat mempengaruhi tingkah laku dan kepribadian anak. Jadi faktor yang terpenting bagi seorang guru adalah kepribadiannya. Oleh karenanya sebagai guru, khususnya guru agama hendaknya mempunyai suatu kepribadian yang mencerminkan ajaran agama, yang akan diajarkan kepada anak-anak didiknya. Laku dan sikapnya dalam kebiasaan-kebiasaan baik haruslah sesuai dengan ajaran agama.

3. Lingkungan Masyarakat
Hendaknya menyenangkan dan tidak kaku.Lingkungan ketiga yang mempengaruhi tingkat keagamaan seseorang adalah masyarakat. Kehidupan masyarakat dibatasi oleh berbagai macam norma dan nilai yang didukung warganya.Oleh karena itu setiap warga harus bersikap dan bertingkah laku yang sesuai dengan norma dan nilai yang ada didalam kehidupan warga tersebut.Lingkungan masyarakat yang agamis akan dapat menciptakan jiwa keagamaan atau memperkuat keagaman seseorang. Adapun lingkungan masyarakat mungkin dapat menghilangkan jiwa keagamaan pada diri seseorang. Untuk itu fungsi dan peran masyarakat dalam pembentukan jiwa keagamaan akan sangat tergantung dari seberapa jauh masyarakat tersebut menjunjung norma-norma itu sendiri. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lingkungan masyarakat memiliki pengaruh terhadap perkembangan keberagamaan seseorang.
4. Pengaruh Kelembagaan
Pendidikan agama di lembaga pendidikan bagaimana pun juga akan memberi pengaruh bagi pembentukan jiwa keagamaan pada anak.Namun demikian, besar kecilnya pengaruh dimaksud sangat tergantung berbagai faktor yang dapat memotivasi anak untuk memahami nilai-nilai agama, sebab pendidikan agama pada hakikatnya merupakan pendidikan nilai. Oleh karena itu pendidikan agama lebih dititikberatkan pada bagaimana membentuk kebiasaan yang selaras dengan tuntunan agama.

Dalam hal ini pendidikan kelembagaan yang diperoleh karyawati PT. Golden Flower adalah pendidikan di pondok pesantren sekaligus tempat mereka tinggal.



DAFTAR PUSTAKA

Yuli,miswanti.2010.Diktat Mata Kuliah Fiqih II,Bengkulu:Balai pengkajian dan pengalaman      islam UMB
Monzer Kaft, Ekonomi Islam, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1995)


No comments:

Post a Comment