Pengertian Islam Dan Dimensi ajarannya
KELOMPOK 7
DISUSUN OLEH:
v ROSY KOMALA
SARI (1221110083)
v INDRYANI
(1221110028)
v AANG VERYANTO
(1221110055)
v GINTAN ALDIKRO
(1221110045)
v OKTA
JEPRIYANSYAH (1221110098)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDY BAHASA INGGRIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
TAHUN AJARAN 2013-2014
PengertianIslam:
Etimologis
Secara etimologis (asal-usul kata, lughawi) kata “Islam” berasal dari bahasa Arab: salima yang artinya selamat. Dari kata itu terbentuk aslama yang artinya menyerahkan diri atau tunduk dan patuh. Sebagaimana firman Allah SWT,
Secara etimologis (asal-usul kata, lughawi) kata “Islam” berasal dari bahasa Arab: salima yang artinya selamat. Dari kata itu terbentuk aslama yang artinya menyerahkan diri atau tunduk dan patuh. Sebagaimana firman Allah SWT,
“Bahkan, barangsiapa aslama (menyerahkan diri) kepada Allah,
sedang ia berbuat kebaikan, maka baginya pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula bersedih hati” (Q.S. 2:112).
Dari kata aslama itulah terbentuk kata Islam.Pemeluknya
disebut Muslim.Orang yang memeluk Islam berarti menyerahkan diri kepada
Allah dan siap patuh pada ajaran-Nya.
Hal
senada dikemukakan Hammudah Abdalati.Menurutnya, kata “Islam” berasal dari akar
kata Arab, SLM (Sin, Lam, Mim) yang berarti kedamaian, kesucian,
penyerahan diri, dan ketundukkan.Dalam pengertian religius, menurut Abdalati,
Islam berarti "penyerahan diri kepada kehendak Tuhan dan ketundukkan atas
hukum-Nya" (Submission to the Will of God and obedience to His Law).
Hubungan antara pengertian asli dan pengertian religius dari
kata Islam adalah erat dan jelas.Hanya melalui penyerahan diri kepada kehendak
Allah SWT dan ketundukkan atas hukum-Nya, maka seseorang dapat mencapai
kedamaian sejati dan menikmati kesucian abadi.
Ada juga pendapat, akar kata yang membentuk kata “Islam” setidaknya ada empat
yang berkaitan satu sama lain.
Ø Aslama. Artinya menyerahkan diri. Orang
yang masuk Islam berarti menyerahkan diri kepada Allah SWT. Ia siap mematuhi
ajaran-Nya.
Ø Salima. Artinya selamat. Orang yang
memeluk Islam, hidupnya akan selamat.
Ø Sallama. Artinya menyelamatkan orang lain.
Seorang pemeluk Islam tidak hanya menyelematkan diri sendiri, tetapi juga harus
menyelamatkan orang lain (tugas dakwah atau ‘amar ma’ruf nahyi munkar).
Ø Salam. Aman, damai, sentosa. Kehidupan
yang damai sentosa akan tercipta jika pemeluk Islam melaksanakan asalama
dan sallama.
Pengertian Islam:
Terminologis
Secara terminologis (istilah, maknawi) dapat dikatakan, Islam adalah agama wahyu berintikan tauhid atau keesaan Tuhan yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw sebagai utusan-Nya yang terakhir dan berlaku bagi seluruh manusia, di mana pun dan kapan pun, yang ajarannya meliputi seluruh aspek kehidupan manusia.
Cukup banyak ahli dan ulama yang berusaha merumuskan
definisi Islam secara terminologis. KH Endang Saifuddin Ansharimengemukakan,
setelah mempelajari sejumlah rumusan tentang agama Islam, lalu menganalisisnya,
ia merumuskan dan menyimpulkan bahwa agama Islam adalah:
v Wahyu yang diurunkan oleh Allah SWT
kepada Rasul-Nya untuk disampaikan kepada segenap umat manusia sepanjang masa
dan setiap persada.
v Suatu sistem keyakinan dan
tata-ketentuan yang mengatur segala perikehidupan dan penghidupan asasi manusia
dalam pelbagai hubungan: dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam lainnya.
v Bertujuan: keridhaan Allah, rahmat
bagi segenap alam, kebahagiaan di dunia dan akhirat.
v Pada garis besarnya terdiri atas
akidah, syariatm dan akhlak.
v Bersumberkan Kitab Suci Al-Quran
yang merupakan kodifikasi wahyu Allah SWT sebagai penyempurna wahyu-wahyu
sebelumnya yang ditafsirkan oleh Sunnah Rasulullah Saw.
Pengertin lain dari islam
Ø Islam
adalah agama Allah yang diturunkan sebagai panduan hidup manusia sejak zaman
berzaman. Bermula dengan zaman Nabi Adam sehingga manusia terakhir dilahirkan.
Islam sahaja suatu cara hidup yang sempurna dan sepatutnya menjadi pegangan
setiap manusia. Agar mereka selamat di dunia dan sejahtera di akhirat yang
berkekalan. Kehidupan di dunia ini (dengan segala isinya) hanyalah semata-mata
menjadi tanda kewujudan kehidupan di akhirat.
Ø Islam adalah menjalankan syari’at junjungan kita Gusti Nabi Muhammad
saw dengan anggauta dzahir (anggaauta badan).kita, dengan cara mengikuti apa
yang dijalankannya dan menta’ati apa yang diperintahkannya.Dan Iman adalah
kepercayan hati kita pada apa yang telah difirmankan Allah swt kepada Gusti
Nabi Muhammad saw (kalamullah) dan yang disabdakan oleh Gusti Nabi Muhammad saw
sendiri (hadits).
Barang siapa yang telah bersifat
Islam, maka ia dinamakan muslim, dan siapa yang yang bersifat Iman, maka ia
dinamai orang m’umin. Dan sesungguhnya islam dan iman itu tidak dapat
dipisahkan.
Dengan demikian,
apabila seorang Islam tetapi tidak Iman, maka ia tidak akan mendapat faedah di
akhirat, walapun dhahirnya Islam. Inilah yang disebut dengan kafir zindiq
dan akan berada di dalam siksa neraka selama-lamanya. Begitu juga sebaliknya,
jika seorang ber-iman tetapi tidak Islam, maka ia tidak selamat dari siksa
neraka yang amat hebat, mereka itu bukanlah mu’min muslim asli
tetapimu’min muslim tabai, yang ber-iman dan ber-islam karena
mengikuti kedua orang tuanya atau nenek moyangnya.
PENGERTIAN ISLAM MENURUT BAHASA DAN ISTILAH
BAHASA
Dari segi bahasa, Islam berasal dari kataaslamayang berakar dari katasalama.Kata Islammerupakan bentukmashdar(infinitif) dari
kataaslamaini.Ditinjau dari segi bahasanya yang dikaitkan dengan asal katanya,
Islam memiliki beberapa pengertian, diantaranya adalah: yang berasal
dari salam’ yang berarti damai.
Dalam al-Qur’an Allah SWT berfirman (QS. 8 : 61)
“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya
danbertawakkallah
kepada Allah.Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui.”
Kata
‘salm’ dalam ayat di atas memiliki arti damai atau perdamaian.Dan ini merupakansalah satu makna dan ciri dari Islam, yaitu bahwa
Islam merupakan agama yang senantiasa
membawa umat manusia pada perdamaian.
Islam adalah
‘ketundukan seorang hamba kepada wahyu Ilahi yang diturunkan kepada para nabi
dan rasul khususnya Muhammad SAW guna dijadikan pedoman hidup dan juga sebagai
hukum/ aturan Allah SWT yang dapat membimbing umat manusia ke jalan yang lurus,
menuju ke kebahagiaan dunia dan akhirat.’
Definisi
di atas, memuat beberapa poin penting yang dilandasi dan didasari oleh
ayat-ayat Al-Qur’an. Diantara poin-poinnya adalah:
Pertama Islam sebagai wahyu ilahi (الوَحْيُ اْلإِلَهِي)
Mengenai hal ini, Allah berfirman QS.53:3-4:
Pertama Islam sebagai wahyu ilahi (الوَحْيُ اْلإِلَهِي)
Mengenai hal ini, Allah berfirman QS.53:3-4:
“Dan
tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya.
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).”
Kedua Diturunkan kepada nabi dan rasul
(khususnya Rasulullah SAW) (دِيْنُ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ)
Membenarkan hal ini, firman Allah SWT (QS. 3 : 84)
Membenarkan hal ini, firman Allah SWT (QS. 3 : 84)
“Katakanlah:
"Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan
yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma`il, Ishaq, Ya`qub, dan anak-anaknya, dan
apa yang diberikan kepada Musa, `Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami
tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami
menyerahkan diri."
Ketiga Sebagai pedoman hidup (مِنْهَاجُ الْحَيَاةِ)
Allah berfirman (QS. 45 : 20)
Ketiga Sebagai pedoman hidup (مِنْهَاجُ الْحَيَاةِ)
Allah berfirman (QS. 45 : 20)
Al Qur'an
ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.
Keempat Mencakup hukum-hukum Allah dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW(أَحْكَامُ اللهِ فِيْ كِتَابِهِ وَسُنَّةُ رَسُوْلِهِ)
Allah berfirman (QS. 5 : 49-50)
Keempat Mencakup hukum-hukum Allah dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW(أَحْكَامُ اللهِ فِيْ كِتَابِهِ وَسُنَّةُ رَسُوْلِهِ)
Allah berfirman (QS. 5 : 49-50)
“Dan hendaklah
kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap
mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah
diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah
diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan
menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan
sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.Apakah hukum
Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada
(hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?”
Kelima Membimbing manusia ke jalan yang lurus. (الصِّرَاطُ الْمُسْتَقِيْمُ)
Allah berfirman (QS. 6 : 153)
Kelima Membimbing manusia ke jalan yang lurus. (الصِّرَاطُ الْمُسْتَقِيْمُ)
Allah berfirman (QS. 6 : 153)
“Dan bahwa
(yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan
janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu
mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan
Allah kepadamu agar kamu bertakwa.”
Keenam Menuju
kebahagiaan dunia dan akhirat.(سَلاَمَةُ الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ)
Allah berfirman (QS. 16 : 97)Barangsiapa
yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan.
1.Islam, Iman, dan Ihsan
Dimensi –dimensi Islam yang dimaksud pada bagian ini adalah
keislaman seseorang, yaitu iman, islam dan ihsan. Nurcholish Madjid menyebutnya
sebagai trilogi ajaran Ilahi.
Dimensi-dimensi
Islam berawal dari sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan
Imam Muslim dimuat dalam masing-masing kitab sahihnya yang menceritakan dialog
antara Nabi Muhammad Saw dan Malaikat Jibril tentang trilogi ajaran Ilahi:
كان رسول الله صلى الله عليه و سلم
يوما بارزا للناس فاتاه رجل فقال: يارسول الله ! ماالايمان؟ قال: أن تؤمن
بالله
وملائكته و كتابه و رسله و تؤمن با لبعث الاخر قال:يا رسول الله ما الاسلام؟ قال
:الاسلام ان تعبد الله ولا تشرك به شيئا و تقيم الصلاة المكتوبة و تؤدي الزكاة
المفروضة و تصوم رمضان. قال: يا رسول الله ! ماالاحسان؟ قال: ان تعبد الله كأنك
تراه فان لم تكن تراه فانه يراك.
“
Nabi Muhammad Saw keluar dan (berada di sekitar sahabat) seseorang datang
menghadap beliau dan bertanya: “ Hai Rasul Allah, apakah yang dimaksud dengan
iman? “ Beliau menjawab: “ Iman adalah engkau percaya kepada Allah, malaikat-Nya,
kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya, para utusan-Nya, dan percaya kepada
kebangkitan.” Laki-laki itu kemudian bertanya lagi: “ Apakah yang dimaksud
dengan Islam? “ Beliau menjawab: “ Islam adalah engkau menyembah Allah dan
tidak musyrik kepada-Nya, engkau tegakkan salat wajib, engkau tunaikan zakat
wajib, dan engkau berpuasa pada bulan Ramadhan.” Laki-laki itu kemudian
bertanya lagi: “ Apakah yang dimaksud dengan ihsan?” Nabi Muhammad Saw
menjawab: “ Engkau sembah Tuhan seakan-akan engkau melihat-Nya; apabila engkau
tidak melihat-Nya maka (engkau berkeyakinan) bahwa Dia melihatmu...” (Bukhari,
I, t.th: 23).
Hadits di atas memberikan ide kepada umat Islam Sunni
tentang rukun iman yang enam, rukun Islam yang lima, dan penghayatan terhadap
Tuhan yang Mahahadir dalam hidup. Sebenarnya, hal itu hanya dapat dibedakan
tetapi tidak dapat dipisahkan.Antara yang satu dengan yang lainnya memiliki
keterkaitan.
Setiap pemeluk agama Islam mengetahui dengan pasti bahwa
Islam tidak absah tanpa iman, dan iman tidak sempurna tanpa ihsan.Sebaliknya,
ihsan adalah mustahil tanpa Islam. Dalam penelitian lebih lanjut, sering
terjadi tumpang tindih antara tiga istilah tersebut: dalam iman terdapat Islam
dan ihsan; dalam Islam terdapat iman dan ihsan; dan dalam ihsan terdapat iman dan
Islam. Dari sisi itulah, Nurcholish Majdid (1994: 463) melihat iman, Islam dan
ihsan sebagai trilogi ajaran Ilahi.
Imam al-Syahrastani menjelaskan bahwa Islam adalah
menyerahkan diri secara lahir.Oleh karena itu, baik mukmin maupun munafik
adalah Muslim.Sedangkan iman adalah pembenaran terhadap Allah, para utusan-Nya,
kitab-kitab-Nya, hari kiamat dan menerima qadla dan qadar.Integrasi antara iman
dan Islam adalah kesempurnaan (al-kamal).Atas dasar penjelasan itu,
ai-Syahrastani juga menunjukkan bahwa Islam adalah pemula; iman adalah
menengah; dan ihsan adalah kesempurnaan. Meskipun tidak dapat dikatakan
sepenuhnya benar, umat Islam telah memakai suatu kerangka pemikiran tentang
trilogi ajaran Ilahi di atas ke dalam tiga bidang pemikiran Islam: pertama,
iman dan berbagai hal yang berhubungan dengannya diletakkan dalam satu bidang
pemikiran, yaitu teologi (ilmu kalam); kedua, persoalan Islam dijelaskan
dalam bidang syari’at (fikih); dan ketiga, ihsan dipandang sebagai akar
tumbuhnya tasauf.
2.Syariat
Secara kebahasaan, syariat adalah sumber air bagi manusia
untuk mendapatkan minuman. Sementara menurut terminologi komunitas sufi,
syariat adalah menjalankan segala yang diperintahkan dan meninggalkan segala
yang dilarang.
Syariat menuntut seorang salik untuk menjalankan agama Islam
dan terus – menerus melaksanakan perintah Allah serta menjauhi larangan –
Nya.Inilah yang disebut dengan istiqamah. Segala perintah dan segala larangan
pasti jelas terlihat oleh seluruh manusia.Syariat islam adalah hukum dan
aturan islam yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat Muslim. Selain berisi
hukum dan aturan, syariat islam juga berisi penyelesaian masalah seluruh
kehidupan ini. Maka oleh sebagian penganut islam, syariat islam merupakan
panduan menyeluruh dan sempurna seluruh permasalahan hidup manusia dan
kehidupan didunia ini.
3.Thariqah
Tarikat adalah meneliti dan mengamalkan segala tindakan
Nabi. Kata Tarikat di ambil dari bahasa Arab, yaitu dari kata benda Thoriqah
yang secara terminologis berarti jalan, metode atau tata cara. Adapun Tarikat
dalam terminologis (pengertian) ulama sufi; yang dalam hal ini akan kami ambil
definisi Tarikat menurut Syaikh Muhammad Amin al–Kurdi al-Irbili al- Syafi
al-Naqsyabandi, dalam kitab Tanwir al-qulub adalah:
“Tarikat adalah beramal dengan syariat dengan memilih yang
azimah (berat) daripada yang rukhsoh (ringan); menjauhkan diri dari mengambil
pendapat yang mudah pada amal ibadah yang tidak sebaiknya dipermudah;
menjauhkan diri dari semua larangan syariat lahir dan batin; melaksanakan semua
perintah Allah SWT semampunya; meninggalkan semua larangan-Nya baik yang haram,
makruh atau mubah yang sia- sia; melaksanakan semua ibadah fardhu dan sunnah;
yang semuanya ini di bawah arahan, naungan dan bimbingan seorang guru
/syeikh/mursyid yang arif yang telah mencapai maqamnya (layak menjadi seorang
Syekh/Mursyid).”
Dari definisi diatas dapat kita simpulkan bahwa tarikat
adalah beramal dengan syariat Islam secara Azimah (memilih yang berat walau ada
yang ringan) yang semuanya ini dengan bimbingan dari seorang mursyid/guru guna
menunjukkan jalan yang aman dan selamat untuk menuju Allah
(ma’rifatullah)..Semua itu harus dilakukan dengan hanya diniatkan untuk ibadah
dan memutus hubungan dengan dunia untuk selanjutnya menuju Allah.
4. Sufisme
Hal ini menaruh penekanan pada
sufisme pada kemurnian hati dan jiwa. Teori lain mengatakan bahwa tasawuf
berasal dari bahasa yunani theosofie artinya ilmu ketuhanan.
Beberapa definisi sufisme:
1.
Yaitu
paham mistik dalam agama islam sebagaimana Taoisme di Tiongkok dan ajaran Yoga
di India (Mr. G.B.J De Woestijne).
2.
Yaitu
aliran kerohaanian mistik (Mystiek geestroming) dalam agama Islam (Dr. C.B.Van
Haeringen. Pendapat yang mengatakan bahwa sufisme berasal dari dalam agama
islam
Sufisme
adalah isme atau dapat juga dikatakan sebagai ilmu untuk menjalani kehidupan
sufistik seorang sufi, yang mana diketahui bahwa akhir dari kesufian dalah awal dari kenabian, yang tentu saja menjadikan kesufian
dapat di artikan pencarian kesucian yang tertinggi yang menjadi dasar atau awal
kenabian, demikianlah bahwa akhir kesufian hanyalah awal kenabian menjadikan
setinggi-tinggi nya tingkat kesufian tidaklah dapat mencapai tingkat
kenabian.Sejak abad ke II Hijriah sufisme sudah popular di kalangan masyarakat
di kawasan dunia islam sebagai perkembangan lanjut dari gaya keberagamannya
para zahid dan abid.
Keadaan ini ditandai
oleh munculnya individu-individu yang lebih mengejar kehidupan akhirat,
sehingga perhatiannya terpusat untuk beribadah dan mengabaikan duniawi.Fase
asketisme ini setidaknya berlangsung sampai akhir abad II hijriah dan memasuki
abad ke III sudah menampakkan adanya peralihan dari asketisme ke sufisme.
Sejak kurun waktu itu sufisme berkembang terus kearah penyempurnaannya
dan spesifikasi terminology, seperti konsep intuisis, dzaug dan al-kasyf.Selain itu kerangka
organisasi sufisme sejalan dengan pergeseran doktrin juga difungsikan untuk
memerangi kompromi dan sinkretisme doktrin islam dengan ajaran-ajaran dan
praktek-praktek kepercayaan lainnya.
Sufisme atau tasawwuf mengajarkan kita untuk
melihat di balik selubung kegelapan yang telah menutupi sistem-sistem
kepercayaan kita. Seseorang yang dengan tulus mengikuti program-program latihan
sufi kemungkinan setelah beberapa lama melalui berbagai ujian/kesulitan akan
menemukan/mendekati suatu keadaan di mana dia dapat “melihat sesuatu
sebagaimana adanya”, ketika dia telah dengan istiqamah “mengabdi/melayani/beribadah
kepada Tuhan seolah-olah dia telah melihat-Nya”, dan dia benar-benar menyadari
bahwa dia berada “di dunia, sekaligus bukan dunia.
DIMENSI-DIMENSI AJARANNYA
Ada 5 dimensi dalam ajaran islam, yaitu:.
1.Dimensi Ritual
merupakan dimensi dalam ajaran Islam yang berisi tentang ritual atau
ibadah-ibadah yang sifatnya vertikal, yaitu hubungan manusia dengan
penciptanya, yakni Allah SWT. Ibadah dalam dimensi riual ini yang dimaksud
adalah ibadah yang sifatnya langsung kepada Allah dengan syarat-syarat dan
rukun-rukun yang sudah ditetapkan dan dijelaskan dalam kitab suci Al-Quran dan
Al- Hadist.Ibadah-ibadah itu adalah shalat, puasa, zakat, dan haji.
2. Dimensi Mistikal merupakan dimensi dalam ajaran Islam yang berkaitan dengan perasaan (psikologi) seseorang akan kesadaran agama yang membawanya pada suatu keyakinan. Dimensi mistikal terdiri atas 3 aspek, yaitu (1) pencarian makna hidup, yakni upaya dalam memahami hidup dan kehidupan dengan merenungi 4 pertanyaan, yaitu siapakah kita, dari mana kita diciptakan, untuk apa kita diciptakan, dan mau kemana kita setelah meninggal; (2) kesadaran akan kehadiran Allah SWT., yakni keyakinan seseorang akan setiap gerak langkah dan di setiap desah nafasnya bahwa ada Allah di setiap langkah dan desah itu. Seseorang yang merasa Allah hadir di setiap penjuru kehidupannya; (3) takwa dan tawakkal, yakni takut dan berserah diri kepada Allah SWT. Dengan perintah takwa, kita akan berusaha untuk meninggalkan apa-apa yang dilarang dan mengerjakan apa-apa yang diperintahkan oleh Allah. Dengan tawakkal kita akan selalu memohon kepada Allah dengan rendah diri membuktikan manusia sangat tergantung pada Allah SWT. atas hidup dan kehidupannya.
3. Dimensi ideologi merupakan dimensi yang berisi tentang 2 hal, yakni (1) eksistensi manusia terhadap Allah SWT, yaitu eksistensi manusia sebagai hamba Allah yang harus beribadah serta melaksanakan perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan Allah SWT.; (2) Eksistensi manusia terhadap sesama makhluk Allah yang lain (sesama manusia dan alam semesta), yaitu keberadaan manusia yang tak bisa lepas dengan manusia yang lain. Manusia yang satu pasti akan membutuhkan pertolongan manusia yang lainnya dalam kehidupan masyarakat. Di samping itu, dalam hubungannya dengan alam semesta, manusia mempunyai khalifah untuk menggali, mengolah, dan memanfaatkan serta memimpin.
2. Dimensi Mistikal merupakan dimensi dalam ajaran Islam yang berkaitan dengan perasaan (psikologi) seseorang akan kesadaran agama yang membawanya pada suatu keyakinan. Dimensi mistikal terdiri atas 3 aspek, yaitu (1) pencarian makna hidup, yakni upaya dalam memahami hidup dan kehidupan dengan merenungi 4 pertanyaan, yaitu siapakah kita, dari mana kita diciptakan, untuk apa kita diciptakan, dan mau kemana kita setelah meninggal; (2) kesadaran akan kehadiran Allah SWT., yakni keyakinan seseorang akan setiap gerak langkah dan di setiap desah nafasnya bahwa ada Allah di setiap langkah dan desah itu. Seseorang yang merasa Allah hadir di setiap penjuru kehidupannya; (3) takwa dan tawakkal, yakni takut dan berserah diri kepada Allah SWT. Dengan perintah takwa, kita akan berusaha untuk meninggalkan apa-apa yang dilarang dan mengerjakan apa-apa yang diperintahkan oleh Allah. Dengan tawakkal kita akan selalu memohon kepada Allah dengan rendah diri membuktikan manusia sangat tergantung pada Allah SWT. atas hidup dan kehidupannya.
3. Dimensi ideologi merupakan dimensi yang berisi tentang 2 hal, yakni (1) eksistensi manusia terhadap Allah SWT, yaitu eksistensi manusia sebagai hamba Allah yang harus beribadah serta melaksanakan perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan Allah SWT.; (2) Eksistensi manusia terhadap sesama makhluk Allah yang lain (sesama manusia dan alam semesta), yaitu keberadaan manusia yang tak bisa lepas dengan manusia yang lain. Manusia yang satu pasti akan membutuhkan pertolongan manusia yang lainnya dalam kehidupan masyarakat. Di samping itu, dalam hubungannya dengan alam semesta, manusia mempunyai khalifah untuk menggali, mengolah, dan memanfaatkan serta memimpin.
4.
Dimensi Sosial merupakan dimensi yang menjelaskan tentang ajaran Islam
hubungannya dengan masyarakat dalam rangka menciptakan keadilan dan solidaritas
antara sesama manusia sesuai dengan ungkapan bahwa manusia adalah makhluk
sosial.Rasa sosial dalam ajaran Islam salah satunya terdapat dalam ibadah
seperti shalat, zakat, dan puasa.
5. Akidah syariah, dan akhlak merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Akidah berkaitan dengan iman, syariah berhubungan dengan ibadah dan muamalah, sedangkan akhlak berhubungan dengan akhlak kepada Tuhan dan akhlak kepada makhluk.Akidah adalah dasar keyakinan yang mendorong penerimaan syariah Islam secara utuh. Jika syariah telah dilaksanakan berdasarkan akidah, akan lahir bentuk-bentuk tingkah laku yang baik bernama akhlak.
5. Akidah syariah, dan akhlak merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Akidah berkaitan dengan iman, syariah berhubungan dengan ibadah dan muamalah, sedangkan akhlak berhubungan dengan akhlak kepada Tuhan dan akhlak kepada makhluk.Akidah adalah dasar keyakinan yang mendorong penerimaan syariah Islam secara utuh. Jika syariah telah dilaksanakan berdasarkan akidah, akan lahir bentuk-bentuk tingkah laku yang baik bernama akhlak.

No comments:
Post a Comment