Saturday, 21 November 2015

Pengertian Islam Dan Dimensi ajarannya




Pengertian Islam Dan Dimensi ajarannya
KELOMPOK 7 DISUSUN OLEH:
v ROSY KOMALA SARI (1221110083)
v INDRYANI (1221110028)
v AANG VERYANTO (1221110055)
v GINTAN ALDIKRO (1221110045)
v OKTA JEPRIYANSYAH (1221110098)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDY BAHASA INGGRIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU

TAHUN AJARAN 2013-2014



PengertianIslam:
Etimologis

Secara etimologis (asal-usul kata, lughawi) kata “Islam” berasal dari bahasa Arab: salima yang artinya selamat. Dari kata itu terbentuk aslama yang artinya menyerahkan diri atau tunduk dan patuh. Sebagaimana firman Allah SWT,
“Bahkan, barangsiapa aslama (menyerahkan diri) kepada Allah, sedang ia berbuat kebaikan, maka baginya pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula bersedih hati” (Q.S. 2:112).
Dari kata aslama itulah terbentuk kata Islam.Pemeluknya disebut Muslim.Orang yang memeluk Islam berarti menyerahkan diri kepada Allah dan siap patuh pada ajaran-Nya.
Hal senada dikemukakan Hammudah Abdalati.Menurutnya, kata “Islam” berasal dari akar kata Arab, SLM (Sin, Lam, Mim) yang berarti kedamaian, kesucian, penyerahan diri, dan ketundukkan.Dalam pengertian religius, menurut Abdalati, Islam berarti "penyerahan diri kepada kehendak Tuhan dan ketundukkan atas hukum-Nya" (Submission to the Will of God and obedience to His Law).
Hubungan antara pengertian asli dan pengertian religius dari kata Islam adalah erat dan jelas.Hanya melalui penyerahan diri kepada kehendak Allah SWT dan ketundukkan atas hukum-Nya, maka seseorang dapat mencapai kedamaian sejati dan menikmati kesucian abadi.
            Ada juga pendapat, akar kata yang membentuk kata “Islam” setidaknya ada empat yang berkaitan satu sama lain.
Ø  Aslama. Artinya menyerahkan diri. Orang yang masuk Islam berarti menyerahkan diri kepada Allah SWT. Ia siap mematuhi ajaran-Nya.
Ø  Salima. Artinya selamat. Orang yang memeluk Islam, hidupnya akan selamat.
Ø  Sallama. Artinya menyelamatkan orang lain. Seorang pemeluk Islam tidak hanya menyelematkan diri sendiri, tetapi juga harus menyelamatkan orang lain (tugas dakwah atau ‘amar ma’ruf nahyi munkar).
Ø  Salam. Aman, damai, sentosa. Kehidupan yang damai sentosa akan tercipta jika pemeluk Islam melaksanakan asalama dan sallama.


Pengertian Islam:
Terminologis
                                                        
Secara terminologis (istilah, maknawi) dapat dikatakan, Islam adalah agama wahyu berintikan tauhid atau keesaan Tuhan yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw sebagai utusan-Nya yang terakhir dan berlaku bagi seluruh manusia, di mana pun dan kapan pun, yang ajarannya meliputi seluruh aspek kehidupan manusia.
Cukup banyak ahli dan ulama yang berusaha merumuskan definisi Islam secara terminologis. KH Endang Saifuddin Ansharimengemukakan, setelah mempelajari sejumlah rumusan tentang agama Islam, lalu menganalisisnya, ia merumuskan dan menyimpulkan bahwa agama Islam adalah:
v  Wahyu yang diurunkan oleh Allah SWT kepada Rasul-Nya untuk disampaikan kepada segenap umat manusia sepanjang masa dan setiap persada.

v  Suatu sistem keyakinan dan tata-ketentuan yang mengatur segala perikehidupan dan penghidupan asasi manusia dalam pelbagai hubungan: dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam lainnya.
v  Bertujuan: keridhaan Allah, rahmat bagi segenap alam, kebahagiaan di dunia dan akhirat.
v  Pada garis besarnya terdiri atas akidah, syariatm dan akhlak.
v  Bersumberkan Kitab Suci Al-Quran yang merupakan kodifikasi wahyu Allah SWT sebagai penyempurna wahyu-wahyu sebelumnya yang ditafsirkan oleh Sunnah Rasulullah Saw.
Pengertin lain dari islam
Ø  Islam adalah agama Allah yang diturunkan sebagai panduan hidup manusia sejak zaman berzaman. Bermula dengan zaman Nabi Adam sehingga manusia terakhir dilahirkan. Islam sahaja suatu cara hidup yang sempurna dan sepatutnya menjadi pegangan setiap manusia. Agar mereka selamat di dunia dan sejahtera di akhirat yang berkekalan. Kehidupan di dunia ini (dengan segala isinya) hanyalah semata-mata menjadi tanda kewujudan kehidupan di akhirat.
Ø  Islam adalah menjalankan syari’at junjungan kita Gusti Nabi Muhammad saw dengan anggauta dzahir (anggaauta badan).kita, dengan cara mengikuti apa yang dijalankannya dan menta’ati apa yang diperintahkannya.Dan Iman adalah kepercayan hati kita pada apa yang telah difirmankan Allah swt kepada Gusti Nabi Muhammad saw (kalamullah) dan yang disabdakan oleh Gusti Nabi Muhammad saw sendiri (hadits).
Barang siapa yang telah bersifat Islam, maka ia dinamakan muslim, dan siapa yang yang bersifat Iman, maka ia dinamai orang m’umin. Dan sesungguhnya islam dan iman itu tidak dapat dipisahkan.
Dengan demikian, apabila seorang Islam tetapi tidak Iman, maka ia tidak akan mendapat faedah di akhirat, walapun dhahirnya Islam. Inilah yang disebut dengan kafir zindiq dan akan berada di dalam siksa neraka selama-lamanya. Begitu juga sebaliknya, jika seorang ber-iman tetapi tidak Islam, maka ia tidak selamat dari siksa neraka yang amat hebat, mereka itu bukanlah mu’min muslim asli  tetapimu’min muslim tabai, yang ber-iman dan ber-islam karena mengikuti kedua orang tuanya atau nenek moyangnya. 














PENGERTIAN ISLAM MENURUT BAHASA DAN ISTILAH
BAHASA
Dari segi bahasa, Islam berasal dari kataaslamayang berakar dari katasalama.Kata Islammerupakan bentukmashdar(infinitif) dari kataaslamaini.Ditinjau dari segi bahasanya yang dikaitkan dengan asal katanya, Islam memiliki beberapa pengertian, diantaranya adalah: yang berasal dari salam’ yang berarti damai.
Dalam al-Qur’an Allah SWT berfirman (QS. 8 : 61)

“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya danbertawakkallah kepada Allah.Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Kata ‘salm’ dalam ayat di atas memiliki arti damai atau perdamaian.Dan ini merupakansalah satu makna dan ciri dari Islam, yaitu bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa membawa umat manusia pada perdamaian.

Islam adalah ‘ketundukan seorang hamba kepada wahyu Ilahi yang diturunkan kepada para nabi dan rasul khususnya Muhammad SAW guna dijadikan pedoman hidup dan juga sebagai hukum/ aturan Allah SWT yang dapat membimbing umat manusia ke jalan yang lurus, menuju ke kebahagiaan dunia dan akhirat.’

Definisi di atas, memuat beberapa poin penting yang dilandasi dan didasari oleh ayat-ayat Al-Qur’an. Diantara poin-poinnya adalah:

Pertama Islam sebagai wahyu ilahi (
الوَحْيُ اْلإِلَهِي)
Mengenai hal ini, Allah berfirman QS.53:3-4:
“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).”

Kedua Diturunkan kepada nabi dan rasul (khususnya Rasulullah SAW) (دِيْنُ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ)
Membenarkan hal ini, firman Allah SWT (QS. 3 : 84)
“Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma`il, Ishaq, Ya`qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, `Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami menyerahkan diri."
Ketiga Sebagai pedoman hidup (
مِنْهَاجُ الْحَيَاةِ)
Allah berfirman (QS. 45 : 20)

Al Qur'an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.
Keempat Mencakup hukum-hukum Allah dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW(
أَحْكَامُ اللهِ فِيْ كِتَابِهِ وَسُنَّةُ رَسُوْلِهِ)
Allah berfirman (QS. 5 : 49-50)
“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?”

Kelima Membimbing manusia ke jalan yang lurus. (
الصِّرَاطُ الْمُسْتَقِيْمُ)
Allah berfirman (QS. 6 : 153)
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.”

Keenam Menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.(سَلاَمَةُ الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ) Allah berfirman (QS. 16 : 97)Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.


DIMENSI-DIMENSI DALAM  ISLAM

      1.Islam, Iman, dan Ihsan

Dimensi –dimensi Islam yang dimaksud pada bagian ini adalah keislaman seseorang, yaitu iman, islam dan ihsan. Nurcholish Madjid menyebutnya sebagai trilogi ajaran Ilahi.
Dimensi-dimensi Islam berawal dari sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Imam Muslim dimuat dalam masing-masing kitab sahihnya yang menceritakan dialog antara Nabi Muhammad Saw dan Malaikat Jibril tentang trilogi ajaran Ilahi:

كان رسول الله صلى الله عليه و سلم يوما بارزا للناس فاتاه رجل فقال: يارسول الله ! ماالايمان؟ قال: أن تؤمن
 بالله وملائكته و كتابه و رسله و تؤمن با لبعث الاخر قال:يا رسول الله ما الاسلام؟ قال :الاسلام ان تعبد الله ولا تشرك به شيئا و تقيم الصلاة المكتوبة و تؤدي الزكاة المفروضة و تصوم رمضان. قال: يا رسول الله ! ماالاحسان؟ قال: ان تعبد الله كأنك تراه فان لم تكن تراه فانه يراك.

“ Nabi Muhammad Saw keluar dan (berada di sekitar sahabat) seseorang datang menghadap beliau dan bertanya: “ Hai Rasul Allah, apakah yang dimaksud dengan iman? “ Beliau menjawab: “ Iman adalah engkau percaya kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya, para utusan-Nya, dan percaya kepada kebangkitan.” Laki-laki itu kemudian bertanya lagi: “ Apakah yang dimaksud dengan Islam? “ Beliau menjawab: “ Islam adalah engkau menyembah Allah dan tidak musyrik kepada-Nya, engkau tegakkan salat wajib, engkau tunaikan zakat wajib, dan engkau berpuasa pada bulan Ramadhan.” Laki-laki itu kemudian bertanya lagi: “ Apakah yang dimaksud dengan ihsan?” Nabi Muhammad Saw menjawab: “ Engkau sembah Tuhan seakan-akan engkau melihat-Nya; apabila engkau tidak melihat-Nya maka (engkau berkeyakinan) bahwa Dia melihatmu...” (Bukhari, I, t.th: 23).
Hadits di atas memberikan ide kepada umat Islam Sunni tentang rukun iman yang enam, rukun Islam yang lima, dan penghayatan terhadap Tuhan yang Mahahadir dalam hidup. Sebenarnya, hal itu hanya dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan.Antara yang satu dengan yang lainnya memiliki keterkaitan.


Setiap pemeluk agama Islam mengetahui dengan pasti bahwa Islam tidak absah tanpa iman, dan iman tidak sempurna tanpa ihsan.Sebaliknya, ihsan adalah mustahil tanpa Islam. Dalam penelitian lebih lanjut, sering terjadi tumpang tindih antara tiga istilah tersebut: dalam iman terdapat Islam dan ihsan; dalam Islam terdapat iman dan ihsan; dan dalam ihsan terdapat iman dan Islam. Dari sisi itulah, Nurcholish Majdid (1994: 463) melihat iman, Islam dan ihsan sebagai trilogi ajaran Ilahi.
Imam al-Syahrastani menjelaskan bahwa Islam adalah menyerahkan diri secara lahir.Oleh karena itu, baik mukmin maupun munafik adalah Muslim.Sedangkan iman adalah pembenaran terhadap Allah, para utusan-Nya, kitab-kitab-Nya, hari kiamat dan menerima qadla dan qadar.Integrasi antara iman dan Islam adalah kesempurnaan (al-kamal).Atas dasar penjelasan itu, ai-Syahrastani juga menunjukkan bahwa Islam adalah pemula; iman adalah menengah; dan ihsan adalah kesempurnaan. Meskipun tidak dapat dikatakan sepenuhnya benar, umat Islam telah memakai suatu kerangka pemikiran tentang trilogi ajaran Ilahi di atas ke dalam tiga bidang pemikiran Islam: pertama, iman dan berbagai hal yang berhubungan dengannya diletakkan dalam satu bidang pemikiran, yaitu teologi (ilmu kalam); kedua, persoalan Islam dijelaskan dalam bidang syari’at (fikih); dan ketiga, ihsan dipandang sebagai akar tumbuhnya tasauf.

2.Syariat
Secara kebahasaan, syariat adalah sumber air bagi manusia untuk mendapatkan minuman. Sementara menurut terminologi komunitas sufi, syariat adalah menjalankan segala yang diperintahkan dan meninggalkan segala yang dilarang.
Syariat menuntut seorang salik untuk menjalankan agama Islam dan terus – menerus melaksanakan perintah Allah serta menjauhi larangan – Nya.Inilah yang disebut dengan istiqamah. Segala perintah dan segala larangan pasti jelas terlihat oleh seluruh manusia.Syariat islam adalah hukum dan aturan islam yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat Muslim. Selain berisi hukum dan aturan, syariat islam juga berisi penyelesaian masalah seluruh kehidupan ini. Maka oleh sebagian penganut islam, syariat islam merupakan panduan menyeluruh dan sempurna seluruh permasalahan hidup manusia dan kehidupan didunia ini.
   


 3.Thariqah
Tarikat adalah meneliti dan mengamalkan segala tindakan Nabi. Kata Tarikat di ambil dari bahasa Arab, yaitu dari kata benda Thoriqah yang secara terminologis berarti jalan, metode atau tata cara. Adapun Tarikat dalam terminologis (pengertian) ulama sufi; yang dalam hal ini akan kami ambil definisi Tarikat menurut Syaikh Muhammad Amin al–Kurdi al-Irbili al- Syafi al-Naqsyabandi, dalam kitab Tanwir al-qulub adalah:
“Tarikat adalah beramal dengan syariat dengan memilih yang azimah (berat) daripada yang rukhsoh (ringan); menjauhkan diri dari mengambil pendapat yang mudah pada amal ibadah yang tidak sebaiknya dipermudah; menjauhkan diri dari semua larangan syariat lahir dan batin; melaksanakan semua perintah Allah SWT semampunya; meninggalkan semua larangan-Nya baik yang haram, makruh atau mubah yang sia- sia; melaksanakan semua ibadah fardhu dan sunnah; yang semuanya ini di bawah arahan, naungan dan bimbingan seorang guru /syeikh/mursyid yang arif yang telah mencapai maqamnya (layak menjadi seorang Syekh/Mursyid).”
Dari definisi diatas dapat kita simpulkan bahwa tarikat adalah beramal dengan syariat Islam secara Azimah (memilih yang berat walau ada yang ringan) yang semuanya ini dengan bimbingan dari seorang mursyid/guru guna menunjukkan jalan yang aman dan selamat untuk menuju Allah (ma’rifatullah)..Semua itu harus dilakukan dengan hanya diniatkan untuk ibadah dan memutus hubungan dengan dunia untuk selanjutnya menuju Allah.
      4. Sufisme
Hal ini menaruh penekanan pada sufisme pada kemurnian hati dan jiwa. Teori lain mengatakan bahwa tasawuf berasal dari bahasa yunani theosofie artinya ilmu ketuhanan.
                        Beberapa definisi sufisme:
1.      Yaitu paham mistik dalam agama islam sebagaimana Taoisme di Tiongkok dan ajaran Yoga di India (Mr. G.B.J De Woestijne).
2.      Yaitu aliran kerohaanian mistik (Mystiek geestroming) dalam agama Islam (Dr. C.B.Van Haeringen. Pendapat yang mengatakan bahwa sufisme berasal dari dalam agama islam




Sufisme adalah isme atau dapat juga dikatakan sebagai ilmu untuk menjalani kehidupan sufistik seorang sufi, yang mana diketahui bahwa akhir dari kesufian dalah awal dari kenabian, yang tentu saja menjadikan kesufian dapat di artikan pencarian kesucian yang tertinggi yang menjadi dasar atau awal kenabian, demikianlah bahwa akhir kesufian hanyalah awal kenabian menjadikan setinggi-tinggi nya tingkat kesufian tidaklah dapat mencapai tingkat kenabian.Sejak abad ke II Hijriah sufisme sudah popular di kalangan masyarakat di kawasan dunia islam sebagai perkembangan lanjut dari gaya keberagamannya para zahid dan abid.
Keadaan ini ditandai oleh munculnya individu-individu yang lebih mengejar kehidupan akhirat, sehingga perhatiannya terpusat untuk beribadah dan mengabaikan duniawi.Fase asketisme ini setidaknya berlangsung sampai akhir abad II hijriah dan memasuki abad ke III sudah menampakkan adanya peralihan dari asketisme ke sufisme.  Sejak kurun waktu itu sufisme berkembang terus kearah penyempurnaannya dan spesifikasi terminology, seperti konsep intuisis, dzaug dan al-kasyf.Selain itu kerangka organisasi sufisme sejalan dengan pergeseran doktrin juga difungsikan untuk memerangi kompromi dan sinkretisme doktrin islam dengan ajaran-ajaran dan praktek-praktek kepercayaan lainnya.
Sufisme atau tasawwuf mengajarkan kita untuk melihat di balik selubung kegelapan yang telah menutupi sistem-sistem kepercayaan kita. Seseorang yang dengan tulus mengikuti program-program latihan sufi kemungkinan setelah beberapa lama melalui berbagai ujian/kesulitan akan menemukan/mendekati suatu keadaan di mana dia dapat “melihat sesuatu sebagaimana adanya”, ketika dia telah dengan istiqamah “mengabdi/melayani/beribadah kepada Tuhan seolah-olah dia telah melihat-Nya”, dan dia benar-benar menyadari bahwa dia berada “di dunia, sekaligus bukan dunia.





                                                                                        
DIMENSI-DIMENSI AJARANNYA
Ada 5 dimensi dalam ajaran islam, yaitu:.  
 1.Dimensi Ritual merupakan dimensi dalam ajaran Islam yang berisi tentang ritual atau ibadah-ibadah yang sifatnya vertikal, yaitu hubungan manusia dengan penciptanya, yakni Allah SWT. Ibadah dalam dimensi riual ini yang dimaksud adalah ibadah yang sifatnya langsung kepada Allah dengan syarat-syarat dan rukun-rukun yang sudah ditetapkan dan dijelaskan dalam kitab suci Al-Quran dan Al- Hadist.Ibadah-ibadah itu adalah shalat, puasa, zakat, dan haji.
2.    Dimensi Mistikal merupakan dimensi dalam ajaran Islam yang berkaitan dengan perasaan (psikologi) seseorang akan kesadaran agama yang membawanya pada suatu keyakinan. Dimensi mistikal terdiri atas 3 aspek, yaitu (1) pencarian makna hidup, yakni upaya dalam memahami hidup dan kehidupan dengan merenungi 4 pertanyaan, yaitu siapakah kita, dari mana kita diciptakan, untuk apa kita diciptakan, dan mau kemana kita setelah meninggal; (2) kesadaran akan kehadiran Allah SWT., yakni keyakinan seseorang akan setiap gerak langkah dan di setiap desah nafasnya bahwa ada Allah di setiap langkah dan desah itu. Seseorang yang merasa Allah hadir di setiap penjuru kehidupannya; (3) takwa dan tawakkal, yakni takut dan berserah diri kepada Allah SWT. Dengan perintah takwa, kita akan berusaha untuk meninggalkan apa-apa yang dilarang dan mengerjakan apa-apa yang diperintahkan oleh Allah. Dengan tawakkal kita akan selalu memohon kepada Allah dengan rendah diri membuktikan manusia sangat tergantung pada Allah SWT. atas hidup dan kehidupannya.
3.    Dimensi ideologi merupakan dimensi yang berisi tentang 2 hal, yakni (1) eksistensi manusia terhadap Allah SWT, yaitu eksistensi manusia sebagai hamba Allah yang harus beribadah serta melaksanakan perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan Allah SWT.; (2) Eksistensi manusia terhadap sesama makhluk Allah yang lain (sesama manusia dan alam semesta), yaitu keberadaan manusia yang tak bisa lepas dengan manusia yang lain. Manusia yang satu pasti akan membutuhkan pertolongan manusia yang lainnya dalam kehidupan masyarakat. Di samping itu, dalam hubungannya dengan alam semesta, manusia mempunyai khalifah untuk menggali, mengolah, dan memanfaatkan serta memimpin.


4.    Dimensi Sosial merupakan dimensi yang menjelaskan tentang ajaran Islam hubungannya dengan masyarakat dalam rangka menciptakan keadilan dan solidaritas antara sesama manusia sesuai dengan ungkapan bahwa manusia adalah makhluk sosial.Rasa sosial dalam ajaran Islam salah satunya terdapat dalam ibadah seperti shalat, zakat, dan puasa.
5.    Akidah syariah, dan akhlak merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Akidah berkaitan dengan iman, syariah berhubungan dengan ibadah dan muamalah, sedangkan akhlak berhubungan dengan akhlak kepada Tuhan dan akhlak kepada makhluk.Akidah adalah dasar keyakinan yang mendorong penerimaan syariah Islam secara utuh. Jika syariah telah dilaksanakan berdasarkan akidah, akan lahir bentuk-bentuk tingkah laku yang baik bernama akhlak.












No comments:

Post a Comment