Saturday, 21 November 2015

Masyarakat modern

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masyarakat modern adalah suatu himpunan orang yang hidup bersama di suatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan tertentu yang bersifat mukhtahir. Mereka memiliki ciri-ciri antara lain: Bersifat rasional, mengutamakan akal pikiran daripada emosi. Berpikir untuk masa depan yang lebih jauh. Menghargai waktu. Bersikap terbuka, menerima saran/masukan baik kritik, gagasan, dan perbaikan. Berfikir obyektif, melihat segala sesuatu dari sudut fungsi dan kegunaannya.
 Manusia modern memiliki sifat yang kebanyakan hanya mencondongkan dirinya pada segala sesuatu yang sifatnya adalah kebendaan atau duniawi. Sehingga, pada gilirannya mereka akan dilanda kegersangan mental atau krisis spiritualitas. Mereka pada akhirnya mulai mencari jatidirinya sebagai manusia yang hidup di muka bumi. Karena apakah mereka ada di dunia? Untuk apakah mereka hidup di dunia? Apakah yang akan terjadi pada mereka setelah mereka meninggalkan dunia, atau tak lagi dapat menikmati dunia? Berbagai spekulasi lalu mulai bermunculan menaggapi pertanyaan-pertanyaan di atas. Para penganut paham Darwinisme, yaitu orang-orang yang berkiblat pada Teori Evolusi Darwin, menganggap bahwa manusia, beserta segala alam semesta ini adalah terlahir dari suatu proses yang sepenuhnya terjadi secara kebetulan. Mereka beranggapan bahwa manusia sendiri adalah suatu hasil evolusi dari makhluk sejenis kera, yang kemudian berkembang mencapai wujud yang lebih sempurna.
Karena menganggap manusia sejajar dengan hewan, maka bagi mereka yang terpenting bagi manuisa adalah terpenuhinya segala kebutuhan dan hawa nafsu. Norma dan kesusilaan tidak diperlukan, bahkan menganggap agama sebagai suatu kebodohan. Mereka yang tidak setuju dengan anggapan ini, mulai mencari-cari kebenaran yang sejati, yang mana benar-benar mengantarkan mereka untuk mengetahui bagaimana hakekat manusia yang sebenarnya. Mereka pun berbondong-bondong mencari kesejukan yang mengobati kegersangan hati mereka yang sudah akut, karena telah menyadari pentingnya aspek spiritualisme dalam kehidupan mereka. Dalam hal ini, yang paling dibutuhkan mereka adalah suatu petunjuk yang mampu mengantarkan mereka menuju pemahaman akan hakekat dan kedudukan mereka di dunia.


 Sesungguhnya, Islam adalah jawaban dari segala pertanyaan di atas. Dengan petunjuk langsung dari yang menciptakan manusia itu sendiri, manusia tidak hanya diberikan penjelasan tuntas tentang asal-usul penciptaannya serta hakekat kedudukannya di muka bumi, tetapi juga petunjuk bagaimana menjalani kehidupan di muka bumi ini dan bagaimana mencapai kebahagiaan yang hakiki. Inilah agama yang Hak, satu-satunya agama yang diridhoi oleh Allah SWT dan obat bagi krisis spiritualitas akut yang didamba-dambakan oleh mereka yang terjebak dalam kehidupan materialisme dan hedonisme.

























BAB II PEMBAHASAN

A. HAKEKAT MANUSIA MENURUT ISLAM
Penciptaan Manusia Dari Dua Unsur Manusia dalam pandangan kebendaan (materialis) hanyalah merupakan sekepal tanah di bumi. Dari bumi asal kejadiannya, di bumi dia berjalan, dari bumi dia makan dan ke dalam bumi dia kembali. Dari tanah, kembali menjadi tanah. Manusia dalam pandangan kaum materialism, tidak lebih dari kumpulan daging, darah, urat, tulang, urat-urat darah dan alat pencernaan. Akal dan pikiran, dianggapnya barang benda yang dihasilkan oleh otak. Pandangan mereka hanya sampai benda, dan hanya mempercayai benda-benda yang dapat diraba. Maka oleh karena itu dalam anggapan mereka, tidak ada keistimewaan manusia dibandingkan dengan makhluk lain yang hidup di muka bumi ini, bahkan dimasukannya ke dalam bangsa kera, yang setelah melalui masa panjang, berubah menjadi manusia sebagaimana kita lihat sekarang ini. Ini adalah Teori Evolusi atau Teori Desendesi, bahwa hayat berasal dari makhluk satu sel. Dia berevolusi ke dua arah, yaitu binatang dan tanaman.
Evolusi itu berlangsung setingkat demi setingkat membentuk sejuta jenis hewan dan sepertiga juta jenis tanaman. Binatang satu sel sebagai awal evolusi dan manusia akhir (sementara) evolusi. Dalam pandangan orang yang beriman, manusia itu makhluk yang mulia dan terhormat pada sisi Tuhan. Manusia diciptakan tuhan dalam bentuk yang amat baik. Sesudah ditiupkan ruh ke dalam tubuhnya, para malaikat disuruh sujud (memberi hormat) kepadanya. Sebagaimana Allah S.W.T telah berfirman dalam surat Al-Hijr ayat 28-29: “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman pada para malaikat: „sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk, ”(28) “maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu padanya dengan bersujud‟, ”(29). Dari proses kejadian dan asal manusia menurut Al-Qur‟an itu, Ali Syari‟ati, sejarawan dan ahli sosiolog Islam, yang dikutip oleh Mohammad Daud Ali, mengemukakan pendapatnya berupa interpretasi tentang hakekat penciptaan manusia. Menurut beliau ada simbolisme dalam penciptaan dari tanah dan ruh (ciptaan) Allah.
Maka simbolisnya adalah manusia mempunyai dua dimensi (bidimensional): dimensi ketuhanan dan dimensi kerendahan atau kehinaan. Makhluk lain hanya mempunyai satu dimensi saja (uni-dimensional). Dalam pengertian simbolis, lumpur (tanah) hitam menunjuk pada keburukan, kehinaan yang tercermin pada dimensi kerendahan. Di samping itu, dimensi lain yang dimiliki manusia adalah dimensi keIlahian yang tercermin dari perkataan ruh (ciptaan)-Nya itu. Dimensi ini menunjukkan pada kecenderungan manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, mencapai asal ruh (ciptaan) Allah dan atau Allah sendiri.

B. EKSISTENSI DAN MARTABAT MANUSIA
            Manusia pada dasarnya tidak akan dapat memahami tentang dirinya secara pasti, karena ketidakmungkinan manusia untuk dapat berdiri netral dan memandang dirinya dari luar dirinya sendiri. Pencipta atau pembuat dalam hal apapun akan lebih memahami barang ciptaannya. Demikian pula dengan manusia. Yang lebih mengetahui adalah sang pencipta manusia itu sendiri. Ini berarti bahwa jika manusia ingin mengetahui secara pasti mengenai hakekat dirinya secara benar, maka hendaklah ia menanyakannya kepada penciptanya sendiri, yaitu Tuhan, Allah SWT. Allah SWT menciptakan manusia sebagai mahkluk yang mulia, sebagaimana telah difirmankan oleh Allah SWT dalam surat Al- Baqarah ayat 34 : “ Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para Malaikat: „sujudlah kamu kepada Adam, ,Maka sujudlah mereka kecuali iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang kafir,” Perintah Allah SWT kepada para malaikat untuk bersujud kepada Adam As, menunjukkan keagungan dan kemuliaan manusia di sisi Allah SWT sebagai ciptaan-Nya yang paling sempurna. Malikat dan manusia sama-sama diperintahkan oleh Allah SWT untuk senantiasa menghambat kepada-Nya, senantiasa beriman dan bertakwa, serta tidak menyekutukan sesuatu apapun dengan-Nya.

TANGGUNG JAWAB MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH DAN HAMBA ALLAH
Besarnya Tanggung Jawab Manusia Manusia hidup di dunia ini pada hakikatnya adalah makhluk yang bertanggung jawab. Kenapa demikian, karena manusia selain merupakan makhluk individual dan makhluk sosial, juga merupakan makhluk Tuhan. Manusia memiliki tuntutan yang besar untuk hidup bertanggung jawab mengingat ia mementaskan sejumlah peranan dalam konteks individual, sosial ataupun teologis. Menjalani kehidupan ini merupakan kewajiban yang sifatnya mutlak. Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab (berbudaya) manusia berasa bertanggung jawab bhwa ia menyadari akibat baik ataupun buruk perbuatannya,dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan pengorbanan atau pengbdian untuk memperoleh atau meningkatkan kesadaran bertanggung jawab perlu di tempuh memlalui pendidikan, penyuluhan, keteladanan, dan takwa terhadap Allah SWT. Manusia itu berjuang untuk memenuhi keperluannya sendiri atau keperluan pihak lain.Untuk itu ia menghadapi manusia lain dalam masyarakat atau menghadapi linkungan alam.
Dalam usahanya itu juga manusia menyadari bahwa ada kekutan lain yang ikut menentukan yaitu kekusaan Tuhan.Oleh karena itu tanggung jawab harus di miliki dalam setiap manusia agar merka men yadari apa-apa yang harus di lakukan harus mempertanggung jawabkan semua yang telah di kerjakan. Perhatikan firman Allah SWT dalam surat Al-Ahzab ayat 72: “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanta kepada langit, bumi, dan gunung-gunung,maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan menghianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat dzolim dan amat bodoh.



Segi-segi positif Manusia
1.      Manusia adalah kalifah Tuhan di bumi  .(QS 2:30) dan (QS 6:165)
2.      Dibandingkan dengan semua mahkluk hidup  yang lain , manusia mempunyai kapasitas intelingensi yang paling tinggi. (QS 2 : 31-32)
3.      Manusia mempunyai kecendurungan dekat dengan Tuhan .Dengan kata lain manusia sadar akan kehadiran Tuhan jauh di dasar sanubari mereka.Jadi, segala keraguan dan keingkaran kepada Tuhan muncul ketika manusia menyimpang dari fitrah mereka sendiri.(QS 7 : 172) dan (QS 30 : 43)
4.      Manusia dalam fitrahnya memiliki sekumpulan unsur-unsur yang luhur,yang berbeda dengan unsur badani yang ada pada binatang ,tumbuhan , dan benda-benda tak bernyawa.Unsur itu merupakan suatu senyawa antara lam nyata dan metafisis, antara rasa dan nonrasa (materi) ,antara  jiwa dan raga .(QS 32 : 7-9)
5.      Penciptakan manusia benar-benar telah diperhitungkan secara teliti,bukan suatu kebetulan .Karena nya , manusia merupakan mahkluk pilihan . (QS 20 : 122)
6.      Manusia bersifat bebas dan merdeka .Mereka diberi kepercayaan penuh oleh Tuhan ,diberkahi dengan risalah yang diturunkan melalui para nabi, dan dikaruniai rasa tanggung jawab .Mereka diperintah mencari nafkah di muka bumi dengan insiatif dan jerih payah mereka sendiri ,mereka pun bebas memilih kesejateraan atau kesengsaraan bagi mereka . (QS 33: 72) dan (QS 76 : 2-3)
7.      Manusia dikaruniai pembawaan yang mulia dan martabat . Manusia akan menghargai dirimya sendiri hanya jika mereka mampu merasakan kemuliaan dan martabat tersebut ,serta mau melepaskan diri mereka dari kepicikan segala jenis kerendahan budi,penghambaan , dan hawa nafsu.(QS 17:70)
8.      Manusia memiliki kesadaran moral. Mereka dapat membedakan yang baik dari yang jahat melalui  inspirasi fitri yang ada pada mereka. (QS 91 : 7-8 )
9.      Jiwa manusia tidak pernah damai,kecuali mengingat Allah . (QS 13 : 28) dan (QS 84 : 6 )
10.  Segala bentuk karunia duniawi diciptakan untuk kepentingan manusia. Jadi, manusia berhak memanfaatkan itu semua dengan cara yang sah. (QS 2: 29) dan (QS 45 : 13)
11.  Tuhan menciptakan manusia agar mereka menyebah Nya dan tunduk kepada Nya menjadi tanggung jawab utama mereka . (QS 51 :56)
12.  Mnausi tidak memahami ,kecuali dalam sujud nya kepada Tuhan dan dengan mengingatn-Nya. Bila mereka melupakan Tuhan mereka pun akan melupakan dirinya. (QS 59 : 19)
13.  Setiap realitas yang tersembunyi akan dihadapkan kepada manusia semesta setelah mereka meninggalkan dan selubung ruh mereka disingkapkan . (QS 50 :22)
14.  Manusia tindaklah semata-mata tersentuh oleh motivasi duniawi saja. Dengan kata lain, kebutuhan duniawi bukanlah satu-satunya stimulus baginya .Lebih daripada itu, mereka selalu berupaya untuk meraih cita-cita dan aspirasinya yang lebih luhur dalam hidup mereka .(QS 89 : 27-28) dan (QS 9: 72)





TANGGUNG JAWAB MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH DAN HAMBA ALLAH
Besarnya Tanggung Jawab Manusia Manusia hidup di dunia ini pada hakikatnya adalah makhluk yang bertanggung jawab. Kenapa demikian, karena manusia selain merupakan makhluk individual dan makhluk sosial, juga merupakan makhluk Tuhan. Manusia memiliki tuntutan yang besar untuk hidup bertanggung jawab mengingat ia mementaskan sejumlah peranan dalam konteks individual, sosial ataupun teologis. Di sini kita merasakan betapa ada 'kesengajaan' yang sangat besar untuk menjadikan bumi ini sebagai panggung drama kehidupan kita. Maka, untuk mendukung terjadinya kehidupan di muka Bumi ini secara sempurna Allah menciptakan berbagai fasilitas kepada manusia.  Manusia Sebagai Hamba Allah Dengan bekal Al-Qur‟an sebagai pedoman hidup bagi manusia, kita menemukan bahwa nama Tuhan adalah Allah SWT.




















BAB III PENUTUP
 A. KESIMPULAN
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna, yang diciptanan dari dua unsur yang berbeda yaitu tanah dan ruh. Tanah mencerminkan sifat manusia yang cenderung kepada kehidupan duniawi, sedangkan ruh mencerminkan kecondongan manusia untuk taat kepada Allah SWT, penciptanya. Manusia pada fitrahnya memiliki naluri yang dapat mengantarkannya untuk kepada Tuhannya yaitu Allah SWT. Manusia memiliki kedudukan yang mulia dihadapan Allah SWT, melampaui derajat malaikat-malaikat-Nya selama mereka menjalani kehidupannya sesuai dengan tuntunan dan ajaran dari Allah SWT. Akan tetapi, manusia juga dapat jatuh ke dalam derajat yang lebih hina daripada binatang apabila mereka durhaka kepada Allah SWT. Dalam kehidupan di dunia, manusia memiliki dua peran utama. Peran tersebut adalah sebagai seorang khalifah dan sekaligus sebagai hamba Allah.
 Sebagai khalifah, manusia berperan mengembangkan dan mendaya gunakan segala aspek kehidupan di dunia. Sedangkan sebagai hamba Allah, manusia berperan sebagai pengabdi yang senantiasa menghamba dan mencurahkan hidupnya guna memperoleh ridho dari Allah SWT. Allah memberi kebebasan bagi manusia untuk memilih jalan hidup seperti apa yang akan dilaluinya dalam kehidupan di dunia. Manusia berhak menerima ataupun menolak tanggungjawabnya baik sebagai khalifah maupun sebagai hamba Allah, dan pilihan tersebut akan dipertanggungjawabkan olehnya di hadapan Allah kelak.



No comments:

Post a Comment