BAB I PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Masyarakat modern adalah suatu himpunan orang
yang hidup bersama di suatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan tertentu yang
bersifat mukhtahir. Mereka memiliki ciri-ciri antara lain: Bersifat rasional,
mengutamakan akal pikiran daripada emosi. Berpikir untuk masa depan yang lebih
jauh. Menghargai waktu. Bersikap terbuka, menerima saran/masukan baik kritik,
gagasan, dan perbaikan. Berfikir obyektif, melihat segala sesuatu dari sudut
fungsi dan kegunaannya.
Manusia
modern memiliki sifat yang kebanyakan hanya mencondongkan dirinya pada segala
sesuatu yang sifatnya adalah kebendaan atau duniawi. Sehingga, pada gilirannya
mereka akan dilanda kegersangan mental atau krisis spiritualitas. Mereka pada
akhirnya mulai mencari jatidirinya sebagai manusia yang hidup di muka bumi.
Karena apakah mereka ada di dunia? Untuk apakah mereka hidup di dunia? Apakah
yang akan terjadi pada mereka setelah mereka meninggalkan dunia, atau tak lagi
dapat menikmati dunia? Berbagai spekulasi lalu mulai bermunculan menaggapi
pertanyaan-pertanyaan di atas. Para penganut paham Darwinisme, yaitu
orang-orang yang berkiblat pada Teori Evolusi Darwin, menganggap bahwa manusia,
beserta segala alam semesta ini adalah terlahir dari suatu proses yang
sepenuhnya terjadi secara kebetulan. Mereka beranggapan bahwa manusia sendiri
adalah suatu hasil evolusi dari makhluk sejenis kera, yang kemudian berkembang
mencapai wujud yang lebih sempurna.
Karena menganggap manusia sejajar dengan
hewan, maka bagi mereka yang terpenting bagi manuisa adalah terpenuhinya segala
kebutuhan dan hawa nafsu. Norma dan kesusilaan tidak diperlukan, bahkan
menganggap agama sebagai suatu kebodohan. Mereka yang tidak setuju dengan
anggapan ini, mulai mencari-cari kebenaran yang sejati, yang mana benar-benar
mengantarkan mereka untuk mengetahui bagaimana hakekat manusia yang sebenarnya.
Mereka pun berbondong-bondong mencari kesejukan yang mengobati kegersangan hati
mereka yang sudah akut, karena telah menyadari pentingnya aspek spiritualisme dalam
kehidupan mereka. Dalam hal ini, yang paling dibutuhkan mereka adalah suatu
petunjuk yang mampu mengantarkan mereka menuju pemahaman akan hakekat dan
kedudukan mereka di dunia.
Sesungguhnya, Islam adalah jawaban dari segala
pertanyaan di atas. Dengan petunjuk langsung dari yang menciptakan manusia itu
sendiri, manusia tidak hanya diberikan penjelasan tuntas tentang asal-usul
penciptaannya serta hakekat kedudukannya di muka bumi, tetapi juga petunjuk
bagaimana menjalani kehidupan di muka bumi ini dan bagaimana mencapai
kebahagiaan yang hakiki. Inilah agama yang Hak, satu-satunya agama yang
diridhoi oleh Allah SWT dan obat bagi krisis spiritualitas akut yang
didamba-dambakan oleh mereka yang terjebak dalam kehidupan materialisme dan
hedonisme.
BAB II PEMBAHASAN
A. HAKEKAT MANUSIA MENURUT ISLAM
Penciptaan Manusia
Dari Dua Unsur Manusia dalam pandangan kebendaan (materialis) hanyalah
merupakan sekepal tanah di bumi. Dari bumi asal kejadiannya, di bumi dia
berjalan, dari bumi dia makan dan ke dalam bumi dia kembali. Dari tanah,
kembali menjadi tanah. Manusia dalam pandangan kaum materialism, tidak lebih
dari kumpulan daging, darah, urat, tulang, urat-urat darah dan alat pencernaan.
Akal dan pikiran, dianggapnya barang benda yang dihasilkan oleh otak. Pandangan
mereka hanya sampai benda, dan hanya mempercayai benda-benda yang dapat diraba.
Maka oleh karena itu dalam anggapan mereka, tidak ada keistimewaan manusia
dibandingkan dengan makhluk lain yang hidup di muka bumi ini, bahkan
dimasukannya ke dalam bangsa kera, yang setelah melalui masa panjang, berubah
menjadi manusia sebagaimana kita lihat sekarang ini. Ini adalah Teori Evolusi
atau Teori Desendesi, bahwa hayat berasal dari makhluk satu sel. Dia berevolusi
ke dua arah, yaitu binatang dan tanaman.
Evolusi itu
berlangsung setingkat demi setingkat membentuk sejuta jenis hewan dan sepertiga
juta jenis tanaman. Binatang satu sel sebagai awal evolusi dan manusia akhir
(sementara) evolusi. Dalam pandangan orang yang beriman, manusia itu makhluk
yang mulia dan terhormat pada sisi Tuhan. Manusia diciptakan tuhan dalam bentuk
yang amat baik. Sesudah ditiupkan ruh ke dalam tubuhnya, para malaikat disuruh
sujud (memberi hormat) kepadanya. Sebagaimana Allah S.W.T telah berfirman dalam
surat Al-Hijr ayat 28-29: “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman pada para
malaikat: „sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat
kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk, ”(28) “maka apabila
Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan kedalamnya ruh
(ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu padanya dengan bersujud‟, ”(29). Dari proses
kejadian dan asal manusia menurut Al-Qur‟an itu, Ali Syari‟ati, sejarawan dan
ahli sosiolog Islam, yang dikutip oleh Mohammad Daud Ali, mengemukakan
pendapatnya berupa interpretasi tentang hakekat penciptaan manusia. Menurut
beliau ada simbolisme dalam penciptaan dari tanah dan ruh (ciptaan) Allah.
Maka simbolisnya
adalah manusia mempunyai dua dimensi (bidimensional): dimensi ketuhanan dan
dimensi kerendahan atau kehinaan. Makhluk lain hanya mempunyai satu dimensi
saja (uni-dimensional). Dalam pengertian simbolis, lumpur (tanah) hitam
menunjuk pada keburukan, kehinaan yang tercermin pada dimensi kerendahan. Di
samping itu, dimensi lain yang dimiliki manusia adalah dimensi keIlahian yang
tercermin dari perkataan ruh (ciptaan)-Nya itu. Dimensi ini menunjukkan pada
kecenderungan manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, mencapai asal
ruh (ciptaan) Allah dan atau Allah sendiri.
B. EKSISTENSI DAN MARTABAT MANUSIA
Manusia pada dasarnya tidak akan dapat
memahami tentang dirinya secara pasti, karena ketidakmungkinan manusia untuk
dapat berdiri netral dan memandang dirinya dari luar dirinya sendiri. Pencipta
atau pembuat dalam hal apapun akan lebih memahami barang ciptaannya. Demikian
pula dengan manusia. Yang lebih mengetahui adalah sang pencipta manusia itu
sendiri. Ini berarti bahwa jika manusia ingin mengetahui secara pasti mengenai
hakekat dirinya secara benar, maka hendaklah ia menanyakannya kepada
penciptanya sendiri, yaitu Tuhan, Allah SWT. Allah SWT menciptakan manusia
sebagai mahkluk yang mulia, sebagaimana telah difirmankan oleh Allah SWT dalam
surat Al- Baqarah ayat 34 : “ Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para
Malaikat: „sujudlah kamu kepada Adam, ,Maka sujudlah mereka kecuali iblis; ia
enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang kafir,” Perintah
Allah SWT kepada para malaikat untuk bersujud kepada Adam As, menunjukkan
keagungan dan kemuliaan manusia di sisi Allah SWT sebagai ciptaan-Nya yang
paling sempurna. Malikat dan manusia sama-sama diperintahkan oleh Allah SWT
untuk senantiasa menghambat kepada-Nya, senantiasa beriman dan bertakwa, serta
tidak menyekutukan sesuatu apapun dengan-Nya.
TANGGUNG JAWAB MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH DAN HAMBA
ALLAH
Besarnya Tanggung Jawab
Manusia Manusia hidup di dunia ini pada hakikatnya adalah makhluk yang
bertanggung jawab. Kenapa demikian, karena manusia selain merupakan makhluk
individual dan makhluk sosial, juga merupakan makhluk Tuhan. Manusia memiliki
tuntutan yang besar untuk hidup bertanggung jawab mengingat ia mementaskan
sejumlah peranan dalam konteks individual, sosial ataupun teologis. Menjalani
kehidupan ini merupakan kewajiban yang sifatnya mutlak. Tanggung jawab adalah
ciri manusia beradab (berbudaya) manusia berasa bertanggung jawab bhwa ia
menyadari akibat baik ataupun buruk perbuatannya,dan menyadari pula bahwa pihak
lain memerlukan pengorbanan atau pengbdian untuk memperoleh atau meningkatkan
kesadaran bertanggung jawab perlu di tempuh memlalui pendidikan, penyuluhan,
keteladanan, dan takwa terhadap Allah SWT. Manusia itu berjuang untuk memenuhi
keperluannya sendiri atau keperluan pihak lain.Untuk itu ia menghadapi manusia
lain dalam masyarakat atau menghadapi linkungan alam.
Dalam usahanya itu
juga manusia menyadari bahwa ada kekutan lain yang ikut menentukan yaitu
kekusaan Tuhan.Oleh karena itu tanggung jawab harus di miliki dalam setiap
manusia agar merka men yadari apa-apa yang harus di lakukan harus
mempertanggung jawabkan semua yang telah di kerjakan. Perhatikan firman Allah
SWT dalam surat Al-Ahzab ayat 72: “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanta
kepada langit, bumi, dan gunung-gunung,maka semuanya enggan untuk memikul
amanat itu dan mereka khawatir akan menghianatinya, dan dipikullah amanat itu
oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat dzolim dan amat bodoh.
Segi-segi
positif Manusia
1.
Manusia adalah kalifah Tuhan di bumi .(QS 2:30) dan (QS 6:165)
2. Dibandingkan dengan
semua mahkluk hidup yang lain , manusia
mempunyai kapasitas intelingensi yang paling tinggi. (QS 2 : 31-32)
3. Manusia mempunyai
kecendurungan dekat dengan Tuhan .Dengan kata lain manusia sadar akan kehadiran
Tuhan jauh di dasar sanubari mereka.Jadi, segala keraguan dan keingkaran kepada
Tuhan muncul ketika manusia menyimpang dari fitrah mereka sendiri.(QS 7 : 172)
dan (QS 30 : 43)
4. Manusia dalam
fitrahnya memiliki sekumpulan unsur-unsur yang luhur,yang berbeda dengan unsur
badani yang ada pada binatang ,tumbuhan , dan benda-benda tak bernyawa.Unsur
itu merupakan suatu senyawa antara lam nyata dan metafisis, antara rasa dan
nonrasa (materi) ,antara jiwa dan raga
.(QS 32 : 7-9)
5. Penciptakan manusia
benar-benar telah diperhitungkan secara teliti,bukan suatu kebetulan .Karena
nya , manusia merupakan mahkluk pilihan . (QS 20 : 122)
6. Manusia bersifat bebas
dan merdeka .Mereka diberi kepercayaan penuh oleh Tuhan ,diberkahi dengan
risalah yang diturunkan melalui para nabi, dan dikaruniai rasa tanggung jawab
.Mereka diperintah mencari nafkah di muka bumi dengan insiatif dan jerih payah
mereka sendiri ,mereka pun bebas memilih kesejateraan atau kesengsaraan bagi
mereka . (QS 33: 72) dan (QS 76 : 2-3)
7. Manusia dikaruniai
pembawaan yang mulia dan martabat . Manusia akan menghargai dirimya sendiri
hanya jika mereka mampu merasakan kemuliaan dan martabat tersebut ,serta mau
melepaskan diri mereka dari kepicikan segala jenis kerendahan budi,penghambaan
, dan hawa nafsu.(QS 17:70)
8. Manusia memiliki
kesadaran moral. Mereka dapat membedakan yang baik dari yang jahat melalui inspirasi fitri yang ada pada mereka. (QS 91
: 7-8 )
9. Jiwa manusia tidak
pernah damai,kecuali mengingat Allah . (QS 13 : 28) dan (QS 84 : 6 )
10. Segala bentuk
karunia duniawi diciptakan untuk kepentingan manusia. Jadi, manusia berhak
memanfaatkan itu semua dengan cara yang sah. (QS 2: 29) dan (QS 45 : 13)
11. Tuhan menciptakan
manusia agar mereka menyebah Nya dan tunduk kepada Nya menjadi tanggung jawab
utama mereka . (QS 51 :56)
12. Mnausi tidak
memahami ,kecuali dalam sujud nya kepada Tuhan dan dengan mengingatn-Nya. Bila
mereka melupakan Tuhan mereka pun akan melupakan dirinya. (QS 59 : 19)
13. Setiap realitas yang
tersembunyi akan dihadapkan kepada manusia semesta setelah mereka meninggalkan
dan selubung ruh mereka disingkapkan . (QS 50 :22)
14. Manusia tindaklah
semata-mata tersentuh oleh motivasi duniawi saja. Dengan kata lain, kebutuhan
duniawi bukanlah satu-satunya stimulus baginya .Lebih daripada itu, mereka
selalu berupaya untuk meraih cita-cita dan aspirasinya yang lebih luhur dalam
hidup mereka .(QS 89 : 27-28) dan (QS 9: 72)
TANGGUNG JAWAB
MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH DAN HAMBA ALLAH
Besarnya Tanggung
Jawab Manusia Manusia hidup di dunia ini pada hakikatnya adalah makhluk yang
bertanggung jawab. Kenapa demikian, karena manusia selain merupakan makhluk
individual dan makhluk sosial, juga merupakan makhluk Tuhan. Manusia memiliki
tuntutan yang besar untuk hidup bertanggung jawab mengingat ia mementaskan
sejumlah peranan dalam konteks individual, sosial ataupun teologis. Di sini
kita merasakan betapa ada 'kesengajaan' yang sangat besar untuk menjadikan bumi
ini sebagai panggung drama kehidupan kita. Maka, untuk mendukung terjadinya
kehidupan di muka Bumi ini secara sempurna Allah menciptakan berbagai fasilitas
kepada manusia. Manusia Sebagai Hamba
Allah Dengan bekal Al-Qur‟an sebagai pedoman hidup bagi manusia, kita menemukan
bahwa nama Tuhan adalah Allah SWT.
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Manusia adalah makhluk
ciptaan Allah yang paling sempurna, yang diciptanan dari dua unsur yang berbeda
yaitu tanah dan ruh. Tanah mencerminkan sifat manusia yang cenderung kepada
kehidupan duniawi, sedangkan ruh mencerminkan kecondongan manusia untuk taat
kepada Allah SWT, penciptanya. Manusia pada fitrahnya memiliki naluri yang
dapat mengantarkannya untuk kepada Tuhannya yaitu Allah SWT. Manusia memiliki
kedudukan yang mulia dihadapan Allah SWT, melampaui derajat
malaikat-malaikat-Nya selama mereka menjalani kehidupannya sesuai dengan
tuntunan dan ajaran dari Allah SWT. Akan tetapi, manusia juga dapat jatuh ke
dalam derajat yang lebih hina daripada binatang apabila mereka durhaka kepada
Allah SWT. Dalam kehidupan di dunia, manusia memiliki dua peran utama. Peran
tersebut adalah sebagai seorang khalifah dan sekaligus sebagai hamba Allah.
Sebagai khalifah, manusia berperan mengembangkan
dan mendaya gunakan segala aspek kehidupan di dunia. Sedangkan sebagai hamba
Allah, manusia berperan sebagai pengabdi yang senantiasa menghamba dan
mencurahkan hidupnya guna memperoleh ridho dari Allah SWT. Allah memberi
kebebasan bagi manusia untuk memilih jalan hidup seperti apa yang akan
dilaluinya dalam kehidupan di dunia. Manusia berhak menerima ataupun menolak
tanggungjawabnya baik sebagai khalifah maupun sebagai hamba Allah, dan pilihan
tersebut akan dipertanggungjawabkan olehnya di hadapan Allah kelak.
No comments:
Post a Comment